Cara-cara yang tidak sehat dalam berpolitik hampir semua melahirkan pemimpin yang hanya mengandalkan pencitraan yang jauh dari sikap idealisme yang tinggi. Kecenderungan ini sangat mudah ditemukan dalam melihat sepak terjang kepemimpinan yang hampir tidak memiliki rasa keberpihakan terhadap rakyat.
Kaum intelektual, yakni pemuda dianggap cerdas dan memiliki pemikiran yang jernih justru sangat banyak kita temukan tidak ingin terlibat kedalam dunia politik. Kesadaran yang dimiliki kaum intelektual, terutama menyangkut pemikiran dan pemahaman, lebih sering diproyeksikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan semata, tanpa memperdulikan kondisi politik negeri ini.
BACA JUGA : Semangat Kemerdekaan Pemuda Indonesia
Terkait persoalan politik, kaum intelektual begitu banyak yeng terserang sikap pesimistik, karena apa? Itu salah satu akibat dari banyaknya politik yang tidak sehat. Maka ujung dari biang kebusukan dalam berpolitik akan berdampak kepada banyaknya politisi yang terjerumus kedalam budaya korupsi.
Hal ini bisa kita lihat dari misalnya, untuk mencalonkan diri saja harus mengeluarkan bayaran untuk pencalonan diri sebagai pejabat, dengan nominal yang sangat tidak murah. Bahkan, biaya yang dikeluarkan besar nominalnya jauh melebihi gaji yang ia peroleh dimasa menjabat. Ini bukan lagi hanya ironis, tetapi juga sangat berbahaya terhadap kelangsungan sistem kepemimpinan dimana kesejahteraan rakyat adalah yang sebenar-benarnya.
BACA JUGA : Inilah Tokoh Pencetus Sumpah Pemuda 1928
Namun, diluar itu semua kita masih punya harapan besar, optimisme dan masa depan yang bisa kita ubah sesuai prinsip yang kita yakini benar, regenerasi sebagai bentuk evolusi dari keadaan politik. Maka kaum intelektual yakni pemuda yang harus menjadi agent of change, dan menjadi perimbangan penting bagi roda perpolitikan kita.
Jadi, mari kita bangkit dan peduli terhadap kondisi politik yang mencekam saat ini, agar Indonesia semakin maju dalam berpolitik yang sehat, dan tidak terlihat ironis-tutur irsyad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H