"Mengikuti boleh, tapi pemuda sekarang lebih mengagungkan Negara lain. Contoh kecil yang akan saya beri tahu ketika kamu melihat akun profil game apapun itu pasti ada orang Indonesia yang mengubah bendera akun mereka menjadi bendera asing. Benar tidak? Apa alasannya? Lebih keren bendera asing? Malu pakai bendera Indonesia? Dari situ sudah kelihatan kalau dia tidak nasionalisme dan tidak bangga akan Negaranya sendiri."
Pemuda itu mengangguk lagi dan tetap mendengarkanku berbicara.
BACA JUA :Â Pelukan dan Manfaatnya Bagi Jiwa
"Ingat, sampai kapan pun tidak ada yang namanya kemerdekaan. Kamu akan terus terjajah oleh bangsamu dan dirimu sendiri. Dahulu kita dijajah Negara lain atas nama colonial, setelah meredeka kita masih dijajah pemimpin kita atas nama aturan yang bertujuan untuk mempertahankan kekuasaannya. Lalu, kamu menjajah dirimu sendiri atas obsesi dan kehendak berkedok nafsu demi eksisntensi yang membawamu ke arah yang sesat. Apa kamu tidak sadar bahwa kamu tidak merawat jiwa nasionalisme dan melupakan bagianmu yang rapuh?" Tambahku.
"Saya berjanji kak. Saya akan mencintai tanah air dan menjadi pemuda berkarakter tinggi. Saya akan mengajak teman yang lain untuk menghayati sumpah pemuda ini.
Keesokan harinya tepat pada tanggal 28 oktober pemuda itu membacakan sumpah pemuda dengan semangat nasionalisme.
Aku mengerti, dia membacakan sumpah pemuda itu dengan hati yang membara.
Tatapan matanya yang tajam menandakan bahwa sumpah pemuda yang disuarakannya itu bukan sumpah main-main.
Merinding ketika semua mahasiswa ikut membacakan sumpah pemuda itu secara serentak dan kuat.
Bayangkan jika semangat ini diterapkan ke semua pemuda yang ada di Indonesia.
Indonesia takkan terkalahkan dengan sumpah pemuda yang membara dalam hati para pemuda nasionalisme.