Mohon tunggu...
Irsan Roseno
Irsan Roseno Mohon Tunggu... Guru - Baik

Salah satu manusia yang masih peduli Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Empat Tahun Full Day School

21 November 2023   08:26 Diperbarui: 21 November 2023   08:39 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah hampir 4 Tahun Sekolah berjalan secara  Full day. Apakah  perubahan karakter anak-anak makin ke positif atau negatif? 

Begini!! 

1. Jumlah guru yang tidak sebanding dengan jumlah siswa menjadikan pengawasan anak tidak akan bisa berjalan dengan baik. Guru dari pagi sampai sore mengajar. Tentu saja guru merasa sangat lelah.
2. Efek lelah guru dan Jumlah guru yang tidak sebanding dengan jumlah siswa menjadikan pendidikan karakter sulit bisa berjalan seperti yang diharapkan.
3. Hal yang sangat jelas terlihat adalah tingkat kejenuhan anak-anak di sekolah belajar satu hari full. Apa pun nama istilah programnya, Selama itu diberikan oleh guru, Siswa tetap akan menganggap sebagai tugas yg harus selesai. 

Lalu efek yg ditimbulkan dengan adanya Guru harus mengajar minimal 24 jam. Ingat, 'Minimal' berarti rata-rata guru pasti lebih dari 24 jam mengajar dalam satu minggu.


Jumlah jam itu wajib dipenuhi oleh guru sebagai  beban guru dalam mengajar. Lalu kalikan dengan jumlah mata pelajaran dan jumlah gurunya. Betapa banyaknya tugas yang harus dikerjakan siswa dalam satu hari. Belum lagi masih ada Guru yg suka memberikan Pekerjaan Rumah dengan tujuan agar siswa belajar lagi di rumah. 


Jadi dapat dipastikan yg dilakukan siswa sehari full adalah belajar-belajar dan belajar. Apakah mereka belajar beneran atau cuma duduk selayaknya belajar. Yah, bisa jadi, Satu kata "Ngantuk"

Memang dengan adanya Full Day Scool sekolah bisa dijadikan tempat selayaknya penitipan anak bagi orang tua yang bekerja dari pagi sampai sore. Mereka para orang tua yang bekerja di pabrik-pabrik dan perkotaan. 

Namun, jangan dilupakan bahwa sebagian besar tipografis negara kita adalah pedesaan. Sebagian besar penduduknya adalah petani dan berkebun. Dengan adanya Full day scool para petani dan pekebun akan kehilangan penerusnya. Tidak akan lagi di masa depan kita temui anak-anak membantu orang tua di kebun dan bertani di sawah. Pendidikan karakter yang memang benar milik indonesia lambat laut akan terkikis hilang. Anak-anak tidak akan lagi mengenal sawah, tani, berkebun, milik orang tua mereka.

 Full Day Scool bagus, tapi tidak tepat bila diterapkan secara menyeluruh. Berikan pilihan tentang sekolah Ful Day Scool. Biarkan sekolah diberikan kemandirian menganalisa kondisi lingkungan dimana sekolah itu berada. 

Jadi. Aku lebih setuju dengan pendapat sebagian orang yg mengatakan bahwa pendidikan karakter terbaik adalah keluarga. Hal ini jelas karena dari segi pengawasan dan kepedulian orang tua pasti akan lebih intens. 

Berbeda halnya dengan pendidikan pondok pesantren. Pendidikan pondok pesantren. Memang berfokus pada pendidikan aklaq, budi pekerti, dan moral. Sedangkan ilmu pengetahuan umum berada di urutan kesekian

Irsan Guru Ditepian Kejenuhan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun