Memimpin dengan metode Keras, Galak, Otoriter dan sejenisnya adalah gaya kepemimpinan yang mudah. Gaya kepemimpinan tersebut menjadi mudah karena pemimpin diberikan kekuasaan dan power untuk mengatur. Namun pertanyaan yang muncul, apakah gaya kepemimpinan otoriter dan sejenisnya itu baik terhadap murid? Tentu saja tidak. gaya kepemimpinan seperti itu malah akan membuat anak-anak merasa tertekan. Murid tidak bisa berkembang sesuai dengan kodratnya. Mereka akan menjadi manusia yang hanya bisa menurut sama tuannya. Terkungkung dalam doktrin, kemudian mereka hanya akan menjadi manusia-manusia yang bekerja/kuli bagi orang lain.Â
Menjadi Guru penggerak bukanlah tugas yang mudah. sebab guru penggerak harus bisa memimpin dengan cara memanusiakan manusia. Memimpin dengan memberikan kemerdekaan kepada murid untuk berfikir dan berkreativitas sesuai dengan kodrat alam dan jaman. Bukan hanya itu, Seperti yang dikatakan oleh ki Hajar dewantara, Selain sebagai pemimpin Guru penggerak sekaligus menjadi hamba bagi muridnya. Kedua peran yang kontras namun harus dilaksanakan secara bersamaan.
Tugas kita Berat namun akan menjadi ringan bila kita semua  sebagai Guru penggerak bisa bahu-membahu berkolaborasi mendidik murid-murid kita dengan lebih merdeka, menyenangkan, sesuai dengan kodrat alam dan jaman. Bapak ibu guru mari kita bergandengan tangan saling menjaga, memberikan ide, bagikan seluruh ide kita dalam mengajar yang merdeka dan menyenangkan. Kita harus terus bergerak untuk kita, teman-teman kita, murid-murid kita, dan negara kita. Salam dari saya Guru yang terlambat ikut Guru Penggerak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H