Mohon tunggu...
Irsan Nur Hidayat
Irsan Nur Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Jakarta, Indonesia

Pencinta Sepak Bola yang juga Penikmat Dinamika Politik.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Barisan Belakang, Penyakit Baru Manchester City adalah Tumpulnya Barisan Depan

22 November 2020   17:05 Diperbarui: 22 November 2020   17:19 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

City, praktis hanya benar-benar mempunyai dua pemain yang bisa bermain sebagai ujung tombak. Tentunya ini menjadi masalah apabila keduanya cedera, dan beberapa kali City harus kehilangan kedua pemain tersebut akibat cedera. Lalu, bagaimana penggantinya?

Biasanya, Pep menaruh Raheem Sterling untuk mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Aguero dan Jesus, dan jelas itu bukanlah posisi naturalnya, walau sejatinya Sterling pun bisa saja dimainkan dalam posisi itu. Hasilnya? Tentunya tidak maksimal, seringkali Sterling justru membuang-buang peluang. Ia seringkali bingung ketika sudah memasuki kotak penalti. Selain posisi ujung tombak, winger yang dimainkan oleh Pep Guardiola juga cenderung tidak maksimal. 

Riyad Mahrez seringkali terlalu lama memegang bola, beberapa percobaannya untuk menembus sisi kiri pertahanan lawan gagal. Setelah kepergian Leroy Sane, Pep memang memboyong Ferran Torres dari Valencia dengan mahar 23 juta euro, akan tetapi, belum ada hasil yang signifikan dari pemain asal Spanyol tersebut. 

Ia masih belum menunjukkan performa impresifnya di Liga Inggris ini, walau memang ia rajin mencetak gol di UCL, tetapi, itu tak dapat dijadikan ukuran, karena lawan yang dihadapi Man City di UCL dan Premier League harus diakui berbeda kualitas. City tergabung dalam grup yang relatif mudah di UCL musim ini. Sepertinya, masih butuh waktu bagi Ferran Torres untuk bisa menunjukkan performa terbaiknya di Premier League. Terlebih umurnya juga masih muda, sehingga fans pun memang harus bersabar.

Jadi, saya rasa cukup jelas mengapa City tidak sesuperior dibandingkan dua musim lalu ketika berhasil menjadi juara Premier League. Ketiadaannya sosok target man di lini depan Man City menjadi alasan utama. City membutuhkan seorang target man yang setidaknya memiliki postur yang tinggi. 

Aguero yang tidak begitu tinggi dan mulai menunjukkan penurunan performa, serta Jesus yang tidak begitu tinggi dan belum konsisten, membuat seringkali City buntu di depan khususnya jika kedua target man tersebut tidak dapat bermain, karena tidak adanya sosok target man dan lawan yang dihadapi juga biasanya cenderung bertahan ketika menghadapi City. 

Harusnya, ketika deadlock atau kebuntuan terjadi, memang harus ada perubahan yang dilakukan, seperti banyak melakukan crossing, tetapi karena postur pemain depan City rata-rata tidak begitu tinggi, jelas ini menjadi masalah karena bola-bolanya mungkin tidak terjangkau. 

Pep memang harus melakukan penyegaran skuad di kubu Manchester Biru, salah satunya adalah memboyong suksesor Aguero secepatnya, setidaknya pada jendela transfer Januari ini, sekaligus memberikan kompetitor baru bagi Gabriel Jesus. Jika tidak, ini akan terus menjadi masalah bagi The Citizens, hingga setidaknya akhir musim ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun