Mohon tunggu...
Muhammad Irsani
Muhammad Irsani Mohon Tunggu... Abdi -

Lahir di Pangkalan Bun, Kalteng. Menulis ketika pingin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tanpa Dukungan Sekolah, Siswa MAN ini Berhasil Mewakili Indonesia ke Thailand

8 Desember 2015   08:31 Diperbarui: 8 Desember 2015   12:35 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Palangka Raya berhasil menjuarai   ajang lomba National Innovation Creativity Competition (NICC) 2015. Kejuaraan yang diadakan oleh Indonesia Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) ini akan menghantarkan Dhea Putri Mailani, Safitri Anggita Tunjung Sari dan Shafira Arizka Maulidyna untuk mewakili Indonesia di ajang international di Thailand. Selain itu, karya inovatif yang berjudul “Karamunting Leaves Oloh Itah Kea Product” akan mengisi salah satu dari 500 karya inovatif dari berbagai negara yang akan dipamerkan pada event tahunan Research Council of Thailand (NRCT).[caption caption="MAN Model Palangka Raya pakai jas biru (foto: Tri)"][/caption]

Karya inovatif ini mengupas tentang tumbuhan Karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) yang banyak dan mudah tumbuh di tanah Dayak Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah. Karamunting mampu menyembuhkan penyakit degeneratif, yakni penyakit yang terjadinya karena kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh seperti jerawat. Selain itu daun Karamunting diketahui memiliki anti oksidan, anti bakteri, dan anti anemia tanpa menimbulkan efek samping. Karya tersebut berhasil meyakinkan para juri, sehingga mampu menyisihkan 25 kelompok peserta yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia.[caption caption="Curhat (foto: screenshot)"]

[/caption]

Ironisnya kesuksesan tersebut ternyata tidak didukung sekolah. Guru pembimbing Tri Arfayanti, S.Pd mengaku selama dua bulan anak-anak melakukan riset di lapangan saat pulang sekolah dan ketika hari libur, didanai sepenuhnya dari kantong pribadinya dan urunan sesama siswa. Bahkan sebelum memenangkan even NICC, mereka berhasil memenangkan dua even karya tulis ilmiah lokal (Universitas Palangka Raya dan IAIN Palangka Raya) kedua-duanya sebagai juara pertama, dan -- sekali lagi -- dinanai dari masing-masing kocek guru pembimbing dan siswa peserta tersebut.

Dramatis, ketika dua hari menjelang final surat dari NCC memberitahukan bahwa karya mereka masuk nominasi dan harus dipresentasikan di Jakarta, mereka bingung. Hari itu kepala sekolah yang sedang berada di Jakarta, belum berani memutuskan bantuan keuangan, kemudian sempat mendatangi beberapa pengusaha untuk mensponsori kegiatan mereka di Jakarta, namun gagal sehingga guru pembimbing Tri Arfayanti, S.Pd sempat memposting di FB kegalaunnya. Beruntung H-1 ibu Kepsek menyanggupi bantuan sebesar lima juta rupiah, artinya mereka harus mencari penerbangan termurah, sementara transportasi darat, penginapan dan makan ditanggung sendiri.[caption caption="Bahagia (foto: Tri)"]

[/caption]

Ironis, sekolah ini merupakan sekolah termegah di Kalteng dan secara legal menarik iuran komite dan memiliki segudang kegiatan kegiatan ekstra seni dan olah raga, tapi minim perhatian dengan kegiatan-kegiatan akademik.

Tapi saya berpikir positif saja, guru pembimbing anak-anak tersebut bukan saja berhasil menjadi juara karya inovatif, tapi berhasil lolos dari ujian mental yang super keras. Bravo anak bangsa! Bravo Man Model Palangka Raya! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun