Mohon tunggu...
Muhammad Irsa Bagus
Muhammad Irsa Bagus Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 ARSITEKTUR | NIM 41221010002

Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

29 November 2024   07:43 Diperbarui: 29 November 2024   09:02 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen TB2
Dokumen TB2

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram merupakan sebuah ajaran filsafat Jawa yang berakar pada nilai-nilai introspeksi, pengendalian diri, dan pencapaian kebahagiaan sejati. Ki Ageng Suryomentaram, yang lahir dari lingkungan keraton Yogyakarta, memilih meninggalkan kehidupan istana untuk hidup sebagai rakyat biasa. Langkah ini menjadi bagian dari pencariannya terhadap makna hidup yang lebih mendalam. Ia mengembangkan pemikiran mengenai "ilmu kasunyatan," yang mengajarkan manusia untuk memahami realitas kehidupan melalui kesadaran batin. Ajaran ini tidak hanya relevan dalam membangun keseimbangan batin individu, tetapi juga memberikan panduan untuk menghadapi tantangan moral seperti korupsi dan pembentukan kepemimpinan yang berbasis pada integritas. Sebagai sebuah sistem nilai, kebatinan ini menawarkan wawasan yang mendalam tentang bagaimana manusia dapat menjalani hidup dengan harmoni, bebas dari godaan material, dan penuh tanggung jawab sosial.

Dalam upaya pencegahan korupsi, ajaran Ki Ageng Suryomentaram memberikan perspektif unik yang memandang korupsi bukan hanya sebagai pelanggaran hukum, tetapi juga sebagai bentuk kegagalan manusia dalam mengelola hawa nafsu. Korupsi sering kali berakar pada ketidakmampuan seseorang untuk merasa cukup atau puas dengan apa yang dimiliki, sehingga mereka mencari kepuasan melalui jalan yang tidak benar. Melalui konsep "rasa kagunan" atau kesadaran atas kebahagiaan sejati, Ki Ageng mengajarkan pentingnya introspeksi untuk memahami kebutuhan batin yang sesungguhnya. Ia menekankan bahwa kebahagiaan tidak berasal dari akumulasi kekayaan atau kekuasaan, melainkan dari kesadaran diri yang utuh. Dengan nilai ini, pencegahan korupsi dapat dimulai dari penguatan moralitas individu melalui pengendalian diri dan pembentukan kesadaran akan tanggung jawab sosial.

Selain itu, ajaran Ki Ageng Suryomentaram juga memiliki relevansi yang kuat dalam transformasi kepemimpinan, khususnya dalam konteks memimpin diri sendiri. Kepemimpinan sejati, menurut ajaran ini, dimulai dari kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengelola dirinya sendiri. Proses ini melibatkan pemahaman mendalam atas diri sendiri, termasuk kelemahan, kebutuhan, dan hasrat yang dimiliki. Dalam konsep ini, individu diajak untuk mengendalikan pikiran dan emosi, menjaga keseimbangan antara akal dan hati, serta membangun integritas sebagai landasan tindakan. Prinsip ini sangat relevan dalam menghadapi tuntutan kepemimpinan modern, di mana keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya diukur dari hasil yang dicapai, tetapi juga dari proses etis yang mereka jalani. Dengan kata lain, transformasi diri menjadi kunci untuk menciptakan pemimpin yang tidak hanya kompeten tetapi juga berkarakter.

Di sisi lain, ajaran ini juga memberikan panduan praktis bagi individu untuk membangun ketahanan moral dalam menghadapi tantangan kehidupan, termasuk godaan untuk berperilaku koruptif. Prinsip-prinsip seperti rasa cukup (prasaja), introspeksi mendalam, dan kesadaran akan hubungan antara tindakan dan dampaknya menjadi fondasi untuk mencegah tindakan yang merugikan orang lain. Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram mendorong individu untuk melihat bahwa kepuasan batin lebih bernilai daripada kepemilikan material yang berlebihan. Dengan membangun budaya integritas dari skala individu, ajaran ini dapat menjadi dasar bagi pembentukan masyarakat yang lebih bermoral, di mana nilai-nilai kejujuran, transparansi, dan tanggung jawab menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Secara keseluruhan, ajaran Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram adalah warisan intelektual yang memiliki relevansi besar dalam menjawab tantangan moral di era modern. Ketika individu mampu memimpin dirinya sendiri dengan bijaksana, mereka juga mampu menjadi pemimpin yang dapat membawa perubahan positif di lingkungan sosial dan profesionalnya. Ajaran ini memberikan landasan filosofis yang kokoh untuk membangun kehidupan yang lebih seimbang, harmonis, dan bebas dari korupsi. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kebatinan ini, masyarakat tidak hanya melestarikan warisan budaya leluhur, tetapi juga menciptakan tatanan sosial yang lebih adil dan berkelanjutan.

Korupsi telah menjadi salah satu masalah terbesar yang menghambat kemajuan bangsa. Di Indonesia, berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, mulai dari regulasi yang ketat hingga pembentukan lembaga antikorupsi. Namun, persoalan ini tetap berakar kuat, bukan hanya pada sistem, tetapi juga pada karakter individu. Korupsi sering kali berakar pada kurangnya kesadaran diri, hilangnya integritas, serta dominasi nafsu yang tidak terkendali dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih mendalam, yang tidak hanya menyentuh ranah hukum dan struktural, tetapi juga aspek moral dan spiritual individu.

Ki Ageng Suryomentaram, seorang filsuf dan tokoh kebatinan Jawa, menawarkan ajaran yang relevan untuk menjawab tantangan ini. Melalui konsep ilmu rasa dan kebatinan, Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan pentingnya kesadaran akan diri sejati dan pengendalian nafsu. Filosofi ini tidak hanya bermanfaat dalam kehidupan pribadi, tetapi juga memberikan landasan bagi transformasi individu, terutama dalam konteks kepemimpinan. Pemimpin yang mampu memimpin dirinya sendiri dengan integritas tinggi dan pengendalian diri yang baik akan lebih mampu menghindari praktik-praktik koruptif dan memberikan teladan positif kepada orang lain.

Konteks ini menjadi sangat relevan dalam upaya membangun bangsa yang bebas dari korupsi. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kebatinan ke dalam pendidikan karakter dan pengembangan kepemimpinan, individu dapat ditanamkan kesadaran moral yang kokoh sebagai benteng utama melawan godaan korupsi. Pendekatan ini juga mendorong transformasi kepemimpinan, di mana pemimpin mampu menjaga keseimbangan antara tanggung jawab moral, profesionalisme, dan spiritualitas dalam menjalankan tugas.

Kajian tentang ajaran Ki Ageng Suryomentaram dan relevansinya terhadap pencegahan korupsi serta transformasi memimpin diri sendiri menjadi penting untuk dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menggali bagaimana nilai-nilai kebatinan dapat menjadi alat transformasi yang mendalam dalam membangun karakter individu yang anti-korupsi dan memimpin dengan penuh kesadaran diri.

Apa saja langkah-langkah konkret dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram yang dapat membantu seseorang memimpin dirinya sendiri? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun