Mohon tunggu...
Muhammad Irsa Bagus
Muhammad Irsa Bagus Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 ARSITEKTUR | NIM 41221010002

Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Penyebab Kasus Korupsi di Indonesia Pendekatan Robert Kitgaard, dan Jack Bologna

15 November 2024   08:31 Diperbarui: 15 November 2024   08:31 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPT Modul Dosen Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Di samping itu, kesempatan memainkan peran kunci dalam memungkinkan tindakan korupsi terjadi. Ketika individu memiliki kesempatan untuk memanfaatkan celah dalam sistem yang tidak terkontrol, mereka lebih cenderung melakukan penyalahgunaan wewenang. Kesempatan ini sering kali muncul karena kurangnya pengawasan atau ketidakjelasan dalam prosedur internal. Ketika seseorang memiliki akses tanpa batas terhadap sumber daya atau informasi yang dapat disalahgunakan, peluang untuk melakukan korupsi menjadi sangat besar. Oleh karena itu, organisasi harus berfokus pada penguatan kontrol internal yang ketat, serta pengawasan yang lebih terstruktur terhadap setiap proses, terutama yang melibatkan pengelolaan anggaran, pengadaan barang, dan alokasi sumber daya. Langkah-langkah ini termasuk memastikan adanya audit rutin, pembuatan prosedur yang jelas dan transparan, serta pembagian tugas dan tanggung jawab yang lebih merata di antara karyawan untuk meminimalisir kesempatan penyalahgunaan.

Selain itu, untuk mengurangi kesempatan bagi korupsi, organisasi harus memperhatikan kebijakan yang membatasi akses individu terhadap informasi sensitif atau keputusan yang dapat dimanipulasi. Sebagai contoh, sistem otorisasi berlapis atau mekanisme verifikasi ganda dalam setiap proses pengeluaran anggaran atau keputusan penting akan memastikan bahwa tidak ada satu individu pun yang memiliki kontrol penuh tanpa pengawasan. Selain itu, organisasi dapat menggunakan teknologi untuk memantau aliran dana atau sumber daya secara lebih efektif. Dengan menggunakan perangkat lunak yang memungkinkan pelacakan dan pengecekan data secara real-time, serta menerapkan pengawasan dari pihak luar atau lembaga independen, organisasi dapat mengurangi kemungkinan penyalahgunaan dan memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.

Rasionalisasi adalah elemen ketiga dalam Fraud Triangle, yang memungkinkan individu untuk membenarkan perilaku koruptif mereka meskipun itu jelas melanggar hukum atau etika. Rasionalisasi sering kali terjadi karena individu merasa bahwa tindakan mereka tidak sepenuhnya salah, atau mereka beranggapan bahwa tindakan tersebut tidak akan merugikan siapa pun. Misalnya, seseorang mungkin berpikir bahwa "semua orang juga melakukannya" atau merasa bahwa tindakan mereka adalah hal yang biasa dalam lingkungan kerja mereka. Untuk melawan rasionalisasi ini, organisasi perlu menciptakan budaya yang menekankan pentingnya perilaku etis dan integritas dalam setiap aspek operasional. Pendidikan etika dan pelatihan tentang bahaya dan dampak korupsi perlu diperkenalkan secara rutin kepada seluruh anggota organisasi. Mengajarkan karyawan tentang konsekuensi hukum, sosial, dan pribadi dari tindakan korup juga dapat memperkuat pemahaman mereka bahwa korupsi adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan dalam situasi apapun.

Selain itu, penting bagi organisasi untuk memiliki kebijakan yang tegas mengenai tindakan yang akan diambil terhadap perilaku koruptif. Hal ini akan mengurangi ruang bagi rasionalisasi dengan memberi pesan yang jelas bahwa tindakan korup tidak akan ditoleransi, meskipun individu tersebut merasa bahwa mereka hanya melakukan hal yang "kecil" atau "sesekali". Penerapan sanksi yang konsisten dan adil bagi pelaku korupsi akan mempertegas bahwa tidak ada alasan yang dapat membenarkan tindakan penyalahgunaan wewenang. Penghargaan bagi mereka yang menunjukkan perilaku etis dan integritas yang kuat juga dapat memperkuat budaya organisasi yang bebas dari korupsi, sehingga karyawan lebih termotivasi untuk bertindak dengan cara yang benar.

Selain itu, transparansi menjadi elemen yang sangat penting dalam mencegah rasionalisasi korupsi. Dengan membuat seluruh proses pengambilan keputusan lebih terbuka dan akuntabel, organisasi mengurangi ruang untuk individu membenarkan tindakan mereka. Transparansi dapat dicapai dengan mengimplementasikan prosedur yang jelas dalam setiap keputusan, terutama dalam proses tender, pengadaan barang, dan pembagian anggaran. Melibatkan pihak ketiga atau lembaga independen dalam proses tersebut akan semakin mengurangi potensi rasionalisasi dan memberikan pengawasan yang lebih objektif. Dengan cara ini, individu akan merasa bahwa tindakan mereka selalu diawasi dan mereka tidak akan mudah membenarkan perilaku yang tidak etis.

Pengawasan yang ketat juga merupakan langkah penting dalam mengurangi korupsi dalam organisasi. Tanpa pengawasan yang memadai, baik tekanan, kesempatan, maupun rasionalisasi dapat berkembang tanpa hambatan. Oleh karena itu, organisasi harus memastikan bahwa ada audit dan pemeriksaan independen yang teratur terhadap kebijakan dan keputusan yang diambil dalam organisasi. Hal ini akan menciptakan sistem yang lebih transparan dan akuntabel, di mana setiap tindakan dapat dipertanggungjawabkan dengan jelas. Selain itu, sistem pelaporan yang aman dan anonim, seperti whistleblowing, harus didorong untuk memungkinkan karyawan melaporkan tindakan mencurigakan tanpa takut akan pembalasan atau diskriminasi.

Secara keseluruhan, dengan mengidentifikasi dan mengatasi ketiga elemen dalam Fraud Triangle, sebuah organisasi dapat mengurangi kemungkinan terjadinya korupsi. Dengan memperkuat pengawasan, menyediakan dukungan bagi karyawan yang tertekan, serta mengembangkan budaya etika yang kuat, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang tidak hanya menanggulangi kesempatan untuk korupsi tetapi juga menekan tekanan yang dapat mendorong individu untuk bertindak curang. Pendekatan ini akan membawa perubahan positif dalam organisasi, menciptakan sistem yang lebih transparan, akuntabel, dan berintegritas, di mana korupsi tidak lagi menjadi pilihan yang dapat dibenarkan.

Kesimpulan 

Kesimpulan dari materi dan jawaban di atas menunjukkan bahwa upaya untuk mengurangi korupsi dalam organisasi dapat dilakukan secara efektif dengan mengatasi tiga elemen utama yang terdapat dalam Fraud Triangle: tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Tekanan yang dihadapi individu, baik yang bersifat pribadi maupun profesional, sering menjadi pendorong utama bagi tindakan koruptif. Untuk mengurangi tekanan ini, organisasi perlu memberikan dukungan yang memadai, baik melalui kebijakan kesejahteraan, kompensasi yang adil, maupun program-program yang dapat membantu karyawan mengatasi masalah pribadi mereka. Selain itu, penting bagi organisasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi yang sehat.

Selanjutnya, kesempatan untuk melakukan tindakan koruptif sering muncul ketika individu memiliki akses yang tidak terkendali terhadap sumber daya atau informasi penting. Organisasi perlu mengurangi kesempatan ini dengan memperkuat kontrol internal, sistem pengawasan, dan prosedur yang transparan. Pembagian tugas yang jelas dan penggunaan teknologi untuk pemantauan juga dapat mengurangi celah yang memungkinkan penyalahgunaan. Dengan cara ini, organisasi dapat mengurangi kemungkinan individu menggunakan posisinya untuk melakukan tindak korupsi.

Rasionalisasi adalah elemen ketiga yang memainkan peran penting dalam korupsi. Banyak individu yang melakukan korupsi dengan alasan bahwa tindakan mereka tidak merugikan siapa pun atau bahwa mereka hanya mengikuti perilaku yang sudah ada dalam lingkungan mereka. Untuk mengurangi rasionalisasi, organisasi perlu membangun budaya yang menekankan etika dan integritas, serta memberikan pelatihan yang rutin mengenai perilaku yang dapat diterima dan dampak dari tindakan korup. Selain itu, penerapan kebijakan yang jelas tentang ketidakbolehan korupsi dan pemberian sanksi yang tegas bagi pelanggar dapat memperkuat komitmen untuk bertindak sesuai dengan standar etika yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun