Mohon tunggu...
Irraisa Lisseptiyana
Irraisa Lisseptiyana Mohon Tunggu... -

Suka membaca dan sedang mengusahakan untuk suka juga dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu

24 Mei 2014   21:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba saja aku merindukannya. Rindu ini menyeruak, menggedor-gedor pintu hati. Memaksa keluar, melampiaskan dengan cara bertemu dengannya. Rindu ini membuncah, lewat tangis air mata kerinduan yang sudah sejak lama hanya bisa tersimpan di hati.

Aku rindu senyum manisnya. Aku rindu tawanya saat ia menertawakan kekonyolan yang ku lakukan. Aku rindu tatapan matanya yang penuh makna. Aku rindu setiap hal konyol yang ia lakukan hanya agar bisa melihatku tertawa. Aku rindu segala hal tentang dirinya.

Tetapi, aku paling rindu tatapan matanya yang sendu dan menyiratkan kesedihan kala pernyataan menyakitkan itu terucap dari bibirnya.

Kita tak bisa bersama lagi.

Itulah yang terakhir.

5 kata itu, yang membuat kami berdua menjadi orang asing. Membuat kami memutuskan kembali berbelok menuju jalan kami masing-masing. Membuat kami kembali berpisah di persimpangan jalan hidup kami masing-masing, tanpa tahu kapan bisa bertemu kembali.

Kembali, aku terhenyak dalam ruang masa lalu. Namun kini, aku harus menampar diriku sendiri. Ini yang dia inginkan, aku bisa apa?

Yang aku bisa lakukan hanya menatapnya nanar. Menatap setiap gerak-geriknya. Menatap segala kesibukannya. Menatap segala canda tawanya. Menatapnya tengah kelelahan dengan semua kegiatannya. Hanya itu.

Aku tahu, aku tak ada hak lagi atas dirinya. Aku tahu, aku tak lagi dia lihat. Dia sibuk dengan dunianya sendiri.

Aku tahu, kadang rindu ini tiada berarti.

Tetapi, rindu ini tidak bisa terhapus begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun