Judulnya serem ya ^_^
Seperti kita tahu, pada budaya kita ada yang dikenal dengan istilah pesugihan. Pesugihan adalah metoda untuk mendapatkan kekayaan dengan bantuan mahluk halus yang biasa disebut siluman.
Pesugihan merupakan sebuah transaksi timbal balik. Manusia mendapatkan kekayaan dengan bantuan siluman, namun sebagai imbalannya, manusia mempersembahkan tumbal kepada siluman berupa korban manusia.
Well, membacanya seperti mendengar cerita mistis ya. Di abad millenial ini, kisah pesugihan sepertinya tak lebih dari cerita hanti biasa.
Namun jika kita cermati, ternyata pesugihan ini tetap terjadi dan dipraktekkan oleh orang di jaman sekarang. Kita bisa tahu bahwa itu pesugihan dari dua hal: seseorang menjadi kaya dan untuk kekayaan yang diperolehnya ini, ada manusia lain yang jadi tumbal atau korban.
Hanya saja, apakah praktek pesugihan di jaman millenial ini melibatkan siluman atau tidak, itu kita tidak tahu.
Apakah ada contoh kongkritnya?
Hmm... Misalnya oknum pengusaha resort dan villa yang mengalih fungsikan hutan di dataran tinggi menjadi kawasan wisata dengan membuka hutannya.
Di satu sisi, dia sukses bisa meraih kekayaan dari usaha resortnya ini. Namun ternyata usahanya ini menimbulkan dampak pada lingkungan. Karena hutannya ditebang, ketika musim hujan tiba, daerah tersebut tidak bisa lagi menjadi area resapan air. Air langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah, menjelma menjadi banjir. Dan tak jarang, banjir ini merenggut korban jiwa.
Nah, ada kekayaan ada korban jiwa, apa lagi kalau bukan pesugihan.
Contoh lainnya misalnya oknum developer perumahan rakyat.
Dia merubah lahan pesawahan menjadi perumahan. Terus proses pembangunannya tidak mengindahkan dampak lingkungan. Selain itu rumah yang dibangun juga tidak memperhatikan standar-standar kualitas sebuah bangunan rumah.
Alhasil, perumahan yang dibangunnya itu membawa akibat jelek, baik pada lingkungan maupun pada konsumen yang membeli rumah yang dibangunnya tersebut.
Ketika dia merubah lahan sawah menjadi perumahan, dia telah merubah keseimbangan ekosistem. Selain mempersempit area produksi bahan pangan, juga menimbulkan potensi banjir.
Selain itu, akibat rumah yang dibangunnya berkualitas jelek, para pembeli harus menanggung kerugian, berupa pendeknya umur rumah. Baru beberapa bulan ditinggali, rumahnya sudah mengalami kerusakan di banyak bagian.
Bagi si pengusaha pembangun rumah, dia berhasil meraup kekayaan. Namum kekayaannya ini memakan tumbal berupa kerusakan lingkungan dan korban lainnya yakni para pembeli yang dirugikan.
Ternyata budaya kita memang tidak bisa lepas dari pesugihan ya. Meraih kekayaan dengan mengorbankan manusia lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H