Mohon tunggu...
Ningsih I R P
Ningsih I R P Mohon Tunggu... -

SMA `91...\r\nS1 Biologi IKIP Yogyakarta drop out `98...\r\nD2 PGSD UT `08...\r\nIbu Rumah Tangga till now.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aku jadi guru gara-gara dia !!!

7 Mei 2011   14:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:58 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bulan Mei seribu sembilan ratus sembilan puluh satu. Saya dan teman-teman mulai kebingungan. Sebentar lagi ujian nasional. Lulus atau tidak? Sebuah pertanyaan yang menakutkan bagi anak sma kelas tiga waktu itu. Kemudian, jika lulus pengin kuliah kemana? Sebuah kebingungan yang menekan kepala, kala itu.

“Aku pengin kerja aja, deh,” kata Kather. Trus dia bertanya kepadaku,”Pengin kuliah dimana, Ning?”

Aku tak bisa jawab seketika. Sejenak aku terdiam. Tiba-tiba saja ada yang menarik kepang kudaku. Suatu tindakan temen-temen cowok yang aku benci. Dan mereka menyukainya.

Tanpa aku sadari, aku telah diapit dua temen cowok. Di seberang meja, Kather tersenyum geli melihat tingkahku. Digoda oleh Iwan dan Ruli. Setelah tersadar, di belakangku juga ada Hary.

“Ikut daftar ke UGM aja ya, Ning,” kata Iwan. “Jurusan Kedokteran Hewan butuh bantuanmu. Seorang cewek penyayang segalanya, kecuali satu. Si Hary.” Dia terkekeh-kekeh.

“Kalau tidak salah info, si Ning pengin masuk IKIP,” kata Ruli datar.

“Ya. Bagi yang tidak cerdas biasanya masuk IKIP!” tukas Hary,”Ya…. contohnya si Ning.”

Aku pengin marah. Tapi gak bisa. Padahal cowok yang paling aku benci di dunia saat itu, menurut aku, adalah si Hary!!!

“Coba deh, dipikir…. Sekarang kita perhatikan kakak-kakak kelas kita dahulu. Yang jadi bintang kelas mereka kebanyakan masuk kedokteran, fakultas teknik, akuntansi, hukum, atau paling enggak sarjana pertanian. Mereka pilih jadi petani dan peternak daripada jadi guru, iya kan…?”

“Trus… sepuluh besar di kelas kita, si Wawan, Agung Nana, Heru Bowo, mereka malah pilih ikutan daftar di STAN Jakarta. Bintang kelas kita tidak mau kuliah di IKIP!!! Itu fakta, kan?”

Kupingku semakin panas. Kurasakan mataku mulai pedas. Tapi aku tetep dengarkan si Hary ngoceh. Tak bisa aku berkata, sedangkan Kather senyum-senyum memperhatikanku.

“Mereka-mereka yang merasa dirinya cerdas, termasuk aku, masuk IKIP adalah bukan pilihan. Kenapa hayo?” si Hary tetap saja berpidato tanpa rasa bersalah. Dia telah menyakiti hatiku. Mengejek keinginanku. Disaat aku bimbang tentukan pilihan, kini aku jadi punya tekat yang bulat, masuk IKIP….. trus jadi seorang ibu guru!!!

Aku berlari tinggalkan mereka. Mereka yang tertawa terbahak melihatku menangis. Mereka tidak tahu apa isi hatiku saat itu. Aku akan buktikan kepada mereka, aku akan jadi guru! Bukan sekedar kerja untuk isi perut! Bukan untuk gengsi kuliah! Awas kau, Hary….!!!!!!!!

(Saat ini, temen sekelasku semasa SMA yang lulusan STAN adatiga, teknik ada enam, akuntansi/manaj/eko ada delapan, teruskan usaha orangtua ada tujuh, jadi guru ada empat termasuk aku, sisanya aku tidak tahu kabarnya)

Ngayogyakarta Hadiningrat, 07 Mei 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun