Mohon tunggu...
Irna Djajadiningrat
Irna Djajadiningrat Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Literasi

Sejatinya semua penghuni jagat raya memiliki derajat yang sama. Yang membedakan hanya budi baik atau buruk hati. https://bumiseniorcicibey.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penggawa Bahasaku

12 Oktober 2020   13:54 Diperbarui: 12 Oktober 2020   13:57 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Oktober sudah sampai di pertengahan. Gaung Bulan Bahasa hampir tidak terdengar. Bulan Bahasaku, Bahasa Indonesia tersingkir oleh perdebatan, diskusi, rapat dan pertemuan maya tentang Covid-19, PSBB, PJJ, Omnibus Law Cipta Kerja dan isu lain yang melanda Indonesia. 

Padahal berdebat, diskusi dan temu wicara baik daring maupun luring sudah dapat dipastikan menggunakan bahasa, tidak ada cara lain.

Rupanya Bulan Bahasa dan tentang bahasa bukan isu yang menarik untuk didiskusikan dan dibicarakan. Bisa jadi bahasa tidak dipandang penting oleh khalayak karena manusia tampak "tidak berbuat apa-apa" hasilnya manusia  tetap bisa berbahasa. 

Proses pemerolehan bahasa "language acquisition" mulai dari konsep sampai dengan memproduksi ujaran bahasa bukanlah kisah pendek dan tentu saja tidak menarik minat banyak orang. Naif memang.

Indonesia menetapkan bulan Oktober menjadi Bulan Bahasa karena bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal  28 Oktober 1928. 

Pada tanggal tersebut ditetapkan pula bahasa resmi bangsa Indonesia yang akan digunakan untuk bermasyarakat, yakni bahasa Indonesia. Hal ini dianggap penting oleh pemuda Indonesia karena pada masa itu saja Indonesia memiliki sekurangnya 600 bahasa daerah. 

Para pemuda menyadari bahwa Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya maka perlu ditetapkan sebuah bahasa yang berfungsi mempersatukan visi bangsa. 

Dengan memiliki bahasa nasional, para pemuda sebagai penerus bangsa dapat bertarung di kancah internasional dan meninggalkan rasa primordialisme dalam bingkai yang lebih luas yaitu nasionalisme

Saat ini, di kala dunia  tampak tidak berbatas dan penguasaan bahasa asing seakan-akan "menjajah" kita, tidak banyak orang Indonesia yang berperhatian kepada Bahasa Indonesia melebihi Bahasa Inggris, misalnya. 

Cobalah Anda perhatikan beberapa orang terkemuka di Indonesia yang mampu menggunakan Bahasa Inggris dengan baik dan benar, baik secara tata bahasa maupun ketepatan pilihan kata, tetapi tidak demikian dengan penggunaan Bahasa Indonesianya.

Terlepas dari pengamatan saya bahwa sebagian orang Indonesia masih abai dengan Bahasa Nasionalnya sendiri, ada sekelompok orang terus berusaha "mengawal" dan "membawa" Bahasa Indonesia sampai ke pelosok dunia. Mereka adalah para Penggawa Bahasa.  

Mereka sadar bahwa bahasa adalah jati diri bangsa. Berapapun hebat dan banyak bahasa asing dikuasainya, penggunaan Bahasa Indonesia harus jauh lebih baik dari bahasa lainnya.

Penggawa Bahasa bukan hanya menghormati, mencintai, menghargai serta memelihara bahasanya sebagai salah satu jati diri bangsa, tetapi Penggawa Bahasa mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Di tengah merebaknya penggunaan bahasa asing, para Penggawa Bahasa terus memberi contoh betapa indah bertutur atau menulis dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Para Penggawa Bahasa tidak ingin bahasanya tergusur dari kancah dunia, apalagi menjadi "kelas dua" dan tidak diperhitungkan, bahkan di negeri sendiri. Mereka juga sadar bahwa masa depan bahasa Indonesia bukan hanya ditentukan oleh perencana dan pakar bahasa, tetapi juga kemantapan dan kepercayaan diri penutur bahasanya.

Tidak terlalu mudah mempertahankan eksistensi Bahasa Indonesia jika masyarakatnya memliki "sikap tuna harga diri" (Koentjaraningrat) yaitu pandangan produk orang lain atau bangsa lain lebih bermutu dan berharga. 

Dalam upaya pencegahan kepunahan dan melestarikan Bahasa Indonesia,  para Penggawa Bahasa pantang mundur, terus membawa Bahasa Indonesia melalui berbagai cara baik pendidikan maupun pemahaman lintas budaya. Lestari bahasaku, Bahasa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun