Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas dapat diambil pengertian bahwa belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang terjadi dalam keseluruhan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Proses belajar anak tidak terlepas dari karakteristik atau sifat menonjol dari usianya. Paling tidak terdapat empat karakter, khususnya untuk anak Sekolah Dasar. Pertama, siswa SD senang bermain, hal itu menuntut guru SD untuk mengemas pembelajarannya agar anak tetap bermain atau bisa dikatakan "bermain seraya belajar, belajar seraya bermain" (Y. Padmono). Karakter kedua bahwa siswa SD senang merasakan dan melakukan sesuatu secara langsung (konkret) sesuai perkembangannya. Ketiga, siswa SD cenderung lebih senang bergerak. Karakter yang keempat yaitu siswa senang bekerja kelompok.
Oleh karena itu, guru khususnya guru SD dalam mengemas pembelajarannya harus disesuaikan dengan karakteristik perrkembangan siswa dan juga sesaui kebutuhan siswa. Dalam proses pwmbwlajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Pengembangan potensi siswa secara tidak seimbang menjadikan pendidikan cenderung lebih peduli pada pengembangan satu aspek saja, bersifat partikular dan parsial. Padahal sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah dan guru, dan sangat keliru jika guru hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pada bidang studi saja (Gordon dalam Aunurrahman, 2009).
Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya memperhatikan aspek-aspek pembelajaran secara holistik yang mendukung terwujudnya pengembangan potensi-potensi peserta didik. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa (Aunurrahman, 2009).
Berdasarkan uraian di atas manakah pembelajaran yang efektif? Dan bagaimana dengan pembelajaran terpadu?
Pembelajaran Terpadu
Pengemasan pengalaman yang dirancang untuk siswa akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman untuk murid sangat tersebut bagi mereka. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur koseptualnya, baik intra maupun antarbidang studi, akan meningkatkan peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif (Tisno Hadi Subroto dan Ida Siti Herawati, 2004).
Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik (Sugiyanto, 2008). Pembelajaran ini berangkat dari sebuah tema, dimana nantinya bidang studi yang satu dengan yang lain terpadu dengan sendirinya, bukan dipadukan.
Melalui pembelajaran ini siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna,otentik dan aktif.
Pembelajaran terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar atau eksplorasi suatu topik merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Melalui peran aktif siswa dalam eksplorasi tersebut, siswa akan mempelajari materi ajar dan proses belajar beberapa bidang studi dalam waktu yang bersamaan. Pembelajaran terpadu melalui eksplorasi topik atau tema maka pembelajaran berlangsung diseputar tema kemudian membahas masalah konsep-konsep pokok yang terkait dalam tema.
Dengan demikian, pembelajaran terpadu merupakan salah satu alternative pembelajaran yang efektif, dan dapat diterapkan dalam pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI