Pernah gak si kamu membandingkan pencapaian kamu dengan orang lain? Kadang hal itu membuat kita jadi overthinking "kok bisa ya dia seproduktif itu padahal umur kita sama?" "kok dia bisa sesukses itu ya diumur yang sama kaya aku?" akhirnya kita menjadi sedih dan minder karena belum bisa seperti dia yang mencapai suatu pencapaian tertentu. Nah kalau pernah merasakan hal tersebut mungkin kamu sedang mengalami krisis atau nama kerennya quarter life crisis.Â
Quarter life crisis pertama kali dinyatakan oleh mahasiswa Bernama Abby Wilner pada tahun 2001, ia mengalami kondisi kebingungan atas masa depannya setelah lulus dari perguruan tinggi. Masalah yang dihadapi antara kehidupan pekerjaan, karir dan hubungan cinta.
Menurut Atwood & Scholiz,masa awal dewasa ini muncul respon yang negative serta krisis emisional yang terjadi pada individu di usia 20 tahunan dengan ciri perasaan tak berdaya, terisolasi, ragu akan kemampua diri dan takut akan kegagalan.
Sedangkan menurut Vasquez individu pada masa awal dewasa memang rentan mengalami quarter life crisis sebagai akibat dari tekanan pekerjaan, hubungan percintaan, dan harapan harapan untuk menjadi orang dewasa yang sukses.
Biasanya quarter life crisis muncul pada seseorang di rentang usia 18- 30 tahun. Seseorang akan merasa takut, cemas dan bingung memikirkan masa depannya dan bisa mengakibatkan mereka stress bahkan depresi.
Dalam sebuah survei sebanyak 6 dari 10 milenial mengalami quarter life crisis, 86% megalami quarter life crisis yang membuatnya insecure, kecewa, depresi dan ketakutan akan gagal dalam hidup
Dalam ilmu psikologi quarter life crisis ini terjadi pada fase emerging adulthood, emerging adulthood adalah periode transisi Ketika seseorang tidak lagi bisa disebut remaja namun belum bisa juga disebut dewasa awal. Dan seseorang mungkin akan mengalami quarter life crisis di rentang waktu yang berbeda, bisa jadi seseorang di umur 18 masih santai dan baru merasakan pada usia 20, atau usia 20 santai baru merasakannya pada usia 24 tahun.
Emerging adulthood ini mempunyai karateristik :
- instability
- Kita merasa tidak stabil terhadap apa sudah kita pilih atau apa yang akan kita pilih, situasi yang sedang kita rasakan atau situasi yang akan kita rasakan. Contohnya, saat memasuki masa perkuliahan ia merasa "aku udah benar belum ya ambil jurusan ini?" atau dalam hal percintaan setelah menjalin hubungan yang serius dia baru sadar kalau dia tidak menemukan kecocokan dengan pasangannya.
- Identity exploration
- Fase ini merupakan awal mula eksplorasi remaja menuju kedewasaan. Dimana individu ini merasa bebas bisa milih apa yang dia mau, mengeksplorasi diri dan menyiapkan diri untuk masa depan. tapi di sisi lain ia bingung menentukan pilihan yang akan benar- benar dia pilih.
- Feeling in beetwin
- Individu merasa bahwa ia tidak ingin dianggap sebagai remaja lagi tapi di satu sisi ia pun belum merasa siap untuk menjadi seorang dewasa.
- Self focused
- Seseorang yang sedang beranjak dewasa cenderung akan focus kepada dirinya sendiri, mereka kurang terlibat dalam kewajiban social, kurang berkomitmen pada orang lain, dan megakibatkan mereka mengatur kehidupannya sendiri. Kadang berpikir "sebenarnya apa yang bisa aku lakukan agar orang bisa menghargai aku?" .
- The age of possibilities
- usia yang dipenuhi kemungkinan- kemungkinan. Harapan individu disini berkembang sangat besar tapi  dia juga mempertanyakan apakah dia akan berhasil mewujudkan harapannya . Contoh "aku yakin suatu hari akan menjadi seorang sukses, tapi gimana ya caranya?"
akhirnya terjerumuslah kita ke quarter life crisis ini, dimana kita merasa bingung terhadap apa yang akan kita tentukan, merasa bersalah terhadap apa yang sudah kita pilih, atau kita mempertanyakan kemampuan diri kita, sebenarnya kita bisa gak mencapai apa yang kita mau dimasa depan.
Selain emerging adulthood ada factor- factor lain yang berasal dari luar dirinya dan  membuat seseorang masuk kedalam quarter life crisis ini, diantaranya dipengaruhi oleh keluarga, teman, karir, percintaan dan masalah akademik ditambah sekarang dengan adanya pandemic.
Tidak mudah menjalani quarter life crisis ini, namun ada beberapa cara untuk menghadapi quarter life crisis agar melewatinya dengan santai.
Yang pertama, stop untuk membandingkan diri dengan orang lain karena  start seseorang dalam menjalani sesuatu hal berbeda- beda. Pelajari diri kita lebih dalam Focus untuk mencari tahu apa passion kita, mungkin akan butuh proses yang lama tapi pasti akhirnya akan tahu dengan sangat baik.
Yang kedua, jangan ragu dan ambil Tindakan. Ketika bingung menentukan sesuatu dalam hidup jadikan itu sebagai kesempatan untuk menemukan hal baru isi hari- hari nya dengan hal positif agar mendapat jawaban atas keraguannya .
Yang ketiga, cari orang- orang yang menjadi support system, dengan dikelilingi oleh orang- orang yang senantiasa mendukung cita- cita kita bisa sedikit mengalihkan kecemasan dan rasa sedih yang biasanya di rasakan saat quarter life crisis.
Yang keempat, self love, orang yang sedang menghadapai quarter life crisis cenderung akan mengabaikan dirinya sendiri karena terlalu cemas aTau gelisah memikirkan masa depan. Padahal untuk mencapai tujuan harus menghargai dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu.
Yang kelima, membatasi penggunaan media social. Ini sangat penting karena media social sedIkit banyak mempengaruhi sikap, perspektif terhada sesuatu. Dan membuat kita merasa insecure karena melihat pencapaian orang lain, atau fisik yang orang lain upload ke media ssosial dan akhirnya membandingkan dengan keadaan diri sendiri.
Mengatasi quarter life crisis juga bisa dengan solution focus theraphy. Dan paling penting segala sesuatu harus selalu connected to god.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H