Kalau diingat-ingat, mengikuti war tiket konser memang punya seni tersendiri karena dibutuhkan beberapa persiapan. Mulai dari menggunakan beberapa gadget untuk memperbesar kemungkinan menang war, jaringan internet yang stabil, data-data pribadi yang dibutuhkan, media pembayaran online dengan saldo yang cukup, hingga menetapkan alternatif kelas tiket sebagai antisipasi jika kelas yang sudah kita targetkan habis.Â
Intinya persiapan-persiapan ini dibutuhkan untuk mempercepat waktu eksekusi tiket begitu akses pembelian dibuka. Jangan sampai kita kehabisan waktu karena kebanyakan mikir.
Saya akui mengikuti war tiket konser membuat adrenalin jadi terpacu. Apalagi jika kita juga bisa memenangkan tiket tersebut, rasanya puas bukan main. Selanjutnya, menonton konser pun tak kalah seru. Apalagi jika memang kita merupakan penggemar berat musisi atau band tersebut. Bisa bernyanyi secara langsung bersama dengan penyanyi aslinya dan didukung dengan sound system yang mantap, tentunya akan membangkitkan rasa semangat dan euforia, sampai bisa menghilangkan stres setidaknya selama beberapa jam.
Dibalik Konser Musik yang Bertaburan, Ada Isi Kantong yang Berguguran
Dari apa yang saya amati, setiap kali satu konser terlaksana dengan sukses dan tiket terjual habis, maka akan muncul konser-konser lainnya. Apalagi jika ternyata konser tersebut akan menarik banyak peminat.Â
Para penggemar akan bersaing ketat untuk bisa memenangkan tiket konser. Bahkan tidak menutup kemungkinan para penggemar tersebut ikut berebut dengan para calo tiket atau penggemar dari negara lain. Tentunya pihak promotor akan melihat hal ini sebagai ladang yang sangat menjanjikan.
Berikut ini beberapa penyebab yang saya amati dibalik bertaburnya perhelatan konser di Jakarta:
1. Pandemi Covid-19 sempat menahan kita untuk berkumpul secara massal dan menerapkan social distancing sebagai bagian dari protokol kesehatan. Jadi begitu pandemi dinyatakan selesai, semua orang seolah "balas dendam" karena merasa haus dan rindu untuk berkumpul dan bersenang-senang seperti yang bisa dialami saat konser berlangsung. Jadi gelaran konserpun akan disambut antusias oleh penggemar-penggemarnya.
2. Generasi milenial boleh dikatakan menjadi target utama promotor-promotor konser. Asumsinya, kelompok generasi tersebut adalah generasi produktif yang sudah punya penghasilan sendiri dan sudah lebih mapan.Â