Indikator ini memonitor frekuensi infeksi aliran darah karena dua patogen yang resisten terhadap obat tertentu yakni Staphylococcus aureus resisten Methicilin (MRSA); dan E.coli resisten terhadap sefalosporin generasi ketiga (3GC).
Penyebab Resistensi Antimikroba
Mekanisme kerja antimikroba dalam tubuh dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain menghambat sintesis dinding sel; depolarisasi membran sel; menghambat sintesis protein; menghambat sintesis asam nukleat; dan menghambat metabolisme bakteri.
Sementara itu berdasarkan kelompok bakterinya, antibiotik dibagi menjadi dua kategori yakni antibiotik spektrum luas (broad spectrum) dan antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum).
Antibiotik spektrum luas bekerja terhadap kelompok bakteri gram positif dan negatif, sementara antibiotik spektrum sempit bekerja terhadap kelompok bakteri gram negatif saja atau gram positif saja.
Ketika resistensi terjadi, maka mikroba tidak lagi merespon terhadap mekanisme-mekanisme kerja dari antimikroba ini. Hal ini umumnya terjadi akibat penggunaan antimikroba yang salah (misuse) dan/atau penggunaan yang berlebihan (overuse).
Berikut beberapa faktor penyebab terjadinya resistensi antimikroba:
1. Penggunaan obat yang irasional
Keberhasilan suatu pengobatan ditentukan oleh rasionalisasi penggunaannya, yakni tepat obat, tepat dosis, dan tepat indikasi. Kasus resistensi antimikroba seringkali terjadi ketika dokter kurang tepat dalam menetapkan diagnosis dan/atau meresepkan antibiotik spektrum luas sebagai lini pertama pengobatan yang sebetulnya tidak perlu. Atau ketika dokter meresepkan antibiotik padahal penyebabnya adalah virus yang seharusnya diobati dengan antivirus.
Selain itu fakta bahwa tenaga kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian seperti apotek dapat menyerahkan antimikroba kepada pasien secara bebas tanpa resep dokter juga berkontribusi terhadap peningkatan risiko AMR di Indonesia.
Konsep swamedikasi (pengobatan oleh diri sendiri) disalahartikan karena sebetulnya swamedikasi hanya diperbolehkan dilakukan untuk mengatasi gejala penyakit ringan dengan menggunakan obat-obat golongan obat bebas terbatas, obat bebas, obat bahan alam (OBA), dan suplemen kesehatan.