1. Bank data materi genetik yang memadai
Untuk dapat menerapkan farmakogenomik ini, tentunya dibutuhkan bank data dalam menyediakan sample materi genetik dari berbagai macam jaringan tubuh seperti darah, urin, lemak, air liur, cairan tulang belakang, hingga jaringan tumor. Bank data ini tentunya harus memiliki fasilitas dan teknologi yang memadai untuk dapat menyimpan sampel-sampel tersebut.
Dikutip dari laman biobanking.com, saat ini ada sekitar 10 biobank yang tersebar di Tiongkok, Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa. Tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam proses pengumpulan sampel-sampel ini.
Di Indonesia sendiri sudah ada Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) milik Kementerian Kesehatan yang baru diluncurkan tahun 2022. BGSi bekerja sama dengan 6 rumah sakit di Indonesia dalam proses pengumpulan dan pengelolaan sampel materi genetik yang dapat digunakan untuk penelitian terkait precision medicine di Indonesia.
2. Cost & Human Resources
Selain bank data, biaya dan sumber daya manusia akan menjadi tantangan besar khususnya di negara-negara berkembang. Misal pembangunan fasilitas dan prasarana, ketersedian tenaga profesional yang kompeten (dokter, apoteker, perawat, dan lainnya) tentunya, hingga program-program pelatihan yang memadai dan berkelanjutan.
3. Isu Etik
Pengumpulan dan pengelolaan materi genetik dari setiap sukarelawan tentunya tidak dapat mengesampingkan hak pasien terkait perlindungan data pribadi.
Dalam implementasi farmakogenomik paling tidak ada 3 hal yang menjadi isu mendasar terkait etika, yakni kepemilikan (terkait siapa yang berhak mengontrol pengumpulan dan penyimpanan sampel materi genetik); akses (siapa yang berhak mengakses data materi genetik); dan penggunaan (siapa yang diperbolehkan menggunakan data genetik dan sejauh mana data-data tersebut dapat dipergunakan).
Oleh sebab itu sudah seharusnya pasien/sukarelawan yang diambil sampelnya memperoleh Informed Consent (penjelasan dan persetujuan) yang memadai. Sampel apa yang diambil, dimana sampelnya akan disimpan, pihak mana saja yang diperbolehkan mengakses data genomiknya, untuk tujuan apa sampel tersebut diambil, hingga manfaat dan kompensasi apa yang dapat diperoleh subjek (sukarelawan).
Penutup