Mekanisme kerja obat dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh banyak faktor internal (dari dalam tubuh) maupun eksternal (dari luar tubuh). Dalam dunia kefarmasian dikenal dua istilah yang erat kaitannya dengan apa yang terjadi pada obat dalam tubuh, yaitu farmakokinetik dan farmakodinamik.
Farmakokinetik merupakan bidang ilmu yang mempelajari pengaruh tubuh terhadap obat, yakni proses absorpsi (penyerapan obat ke dalam tubuh); distribusi (sirkulasi obat dalam tubuh); metabolisme (pemecahan obat dalam tubuh); dan eksresi (pengeluaran sisa metabolisme obat dari dalam tubuh) atau dikenal juga dengan istilah ADME.
Sementara itu, farmakodinamik merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh obat dalam tubuh, yakni ketika obat berikatan dengan reseptor pada jaringan/sel target dalam tubuh untuk menghasilkan efek tertentu.
Beberapa faktor penentu yang mempengaruhi efek obat dalam tubuh misalnya dosis obat, cara pemberian obat, berat badan dan usia, kondisi kesehatan/patologik pasien, kepatuhan pasien, efek plasebo (bentuk dan warna obat, pemberi obat, lingkungan, dan lainnya), hingga faktor genetik pasien.
Perbedaan susunan sekuen (urutan) genetik akan memberikan ekspresi gen (fenotip) yang berbeda. Satu hal yang menarik disini adalah ada banyak hal terkait faktor genetik yang dapat mempengaruhi efek obat dalam tubuh, misalnya:
- Kecepatan tubuh dalam menyerap, memecah, dan mengeliminasi obat dalam tubuh, sehingga berpengaruh pada ketersediaan kadar obat dalam tubuh;
- Kemampuan reseptor dalam tubuh dalam berikatan dengan obat, yang selanjutnya akan mempengaruhi kecepatan efek farmakologi yang diinginkan;
- Kemampuan sel-sel darah dalam mensirkulasikan obat dalam tubuh, dan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan efek kerja obat belum tentu sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Selain itu, tren pemberian obat pada pasien saat ini banyak yang tidak bisa fokus untuk mengatasi suatu penyakit. Hal ini bisa jadi karena pasien sudah berusia lanjut sehingga fungsi organ-organ tubuhnya juga menurun, atau pasien menderita penyakit yang sudah dalam tahap komplikasi.
Dengan demikian seringkali ditemui polifarmasi (pemberian obat lebih dari 5 jenis) pada resep pasien (terutama pasien geriatri). Polifarmasi ini tentunya berpotensi meningkatkan efek samping maupun interaksi obat yang tidak diinginkan pada pasien. Interaksi obat ini dapat menurunkan atau menghilangkan efek obat tertentu.
Jika obat yang diberikan tidak memberikan khasiat yang diinginkan, tentunya masa pengobatan akan menjadi lebih panjang dan biaya pengobatan serta perawatan pun akan meningkat.
Apa Itu Farmakogenomik (Pharmacogenomics)?
Mungkin banyak dari kita yang masih asing dengan istilah farmakogenomik. Jangankan masyarakat awam, saya yakin tidak sedikit farmasis yang juga masih asing dengan istilah farmakogenomik ini. Apalagi farmasis angkatan lama, dimana saat kuliah dulu tidak ada satupun mata kuliah yang menyebut-nyebut soal farmakogenomik.