Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Catat ya, Ini Jenis Obat yang Harus Disimpan di Lemari Pendingin

13 Mei 2024   07:00 Diperbarui: 13 Mei 2024   11:21 2897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya ampun, kok bisa meleleh gini ya?" seru Mamak Butet kaget. Ia bingung karena malam itu putri bungsunya si Butet, tiba-tiba demam cukup tinggi. Akhirnya ia bergegas ke apotek terdekat untuk membeli obat penurun panas.

Sebelumnya, si Butet memang sempat demam dan diberi resep dokter obat penurun panas berbentuk suppositoria. Namun ternyata Mamak Butet lupa menyimpan sisa obatnya yang terakhir dengan benar.

Dari ilustrasi singkat diatas, betapa kita tidak boleh meremehkan kondisi penyimpanan obat yang baik dan benar. Cara penyimpanan obat seharusnya tidak hanya menjadi concern di fasilitas distribusi atau pelayanan farmasi, tapi juga di rumah tangga.

Jika obat disimpan dalam kondisi yang tidak sesuai dengan instruksi yang tertera di kemasan, maka mutu obat bisa saja menurun, khasiatnya berkurang, atau bahkan rusak. Pastikan untuk selalu menyimpan obat dalam wadah/kemasan aslinya.

Kondisi penyimpanan yang dimaksud mencakup wadah, suhu, kelembaban, dan paparan cahaya. Faktor-faktor ini tentunya telah dikaji oleh produsen obat melalui pengujian data stabilitas obat.

Data stabilitas ini akan menjadi dasar apakah suatu obat tetap stabil pada kondisi penyimpanan dan selama kurun waktu tertentu, sehingga mutu dan khasiatnya dapat tetap terjamin saat dikonsumsi/digunakan pasien.

Berdasarkan data stabilitas itu pula, produsen obat akan mencantumkan instruksi cara penyimpanan obat pada label kemasan. Berikut beberapa contoh instruksi penyimpanan obat yang tercantum pada label kemasan.

Contoh instruksi penyimpanan pada kemasan obat (Dokumentasi pribadi)
Contoh instruksi penyimpanan pada kemasan obat (Dokumentasi pribadi)

Jenis Obat yang Harus Disimpan di Lemari Pendingin

Menurut Farmakope Indonesia, kondisi suhu penyimpanan obat dibagi menjadi 6 yaitu lemari pembeku (-25℃ s.d -10℃), dingin (2-8℃), suhu ruang dingin terkendali, sejuk (8-15℃), suhu ruang (tidak lebih dari 30℃), dan suhu ruang terkendali. Sementara menurut US FDA, suhu kulkas yang cocok untuk menyimpan bahan makanan biasanya dibawah 4℃.

Tentu pembaca sekalian di rumah tidak perlu terlalu memusingkan angka-angka suhu penyimpanan ini. Umumnya produk obat jadi sudah stabil jika disimpan dalam suhu ruang. Hanya beberapa jenis sediaan obat yang perlu disimpan dalam lemari pendingin (kulkas).

Meski demikian, sebetulnya kulkas konvensional kurang cocok untuk menyimpan obat, apalagi jika tidak ada indikator suhunya. Namun tentu pasien tidak perlu sampai harus membeli chiller khusus untuk menyimpan obat.

Pastikan saja untuk tidak meletakkan obat di bagian/dekat pintu, untuk menghindari kenaikan suhu saat pintu kulkas sering dibuka-tutup. Jika hendak bepergian, obat dapat disimpan dalam cooler box yang diberi ice pack untuk menjaga suhunya tetap dingin.

Berikut beberapa contoh bentuk sediaan obat yang cukup sering ditemui dan digunakan pasien di rumah, namun harus disimpan dalam lemari pendingin (bukan freezer) :

1. Suppositoria dan Ovula

Cara pemakaian Suppositoria adalah dimasukkan kedalam anus, sedangkan Ovula dimasukkan ke vagina. Kedua bentuk sediaan obat ini berbahan dasar lemak cokelat dan dapat meleleh pada suhu tubuh (37-40℃).

2. Antibiotik Rekonstitusi (Dry Syrup)

Bentuk awal sediaan ini berupa serbuk dan harus dicampur air sebelum dikonsumsi. Setelah dicairkan obat harus digunakan dalam maksimal 14 hari dan disimpan dalam lemari pendingin untuk mencegah perubahan struktur kimia obat.

3. Tablet/Kapsul ARV & Kemoterapi

Beberapa obat Anti-Retroviral (ARV) untuk pasien HIV dengan bentuk sediaan tertentu ada yang dapat meleleh jika disimpan dalam suhu ruang. Jangan lupa baca dengan seksama instruksi penyimpan pada kemasan.

4. Obat yang mengandung probiotik

Beberapa strain bakteri probiotik ada yang sensitif terhadap panas sehingga lebih cepat mati pada saat terpapar suhu tinggi.

5. Injeksi dan Vaksin

Meski tidak semua, beberapa sediaan injeksi harus disimpan dalam lemari pendingin. Contohnya Heparin dan Insulin. Kedua obat ini terdiri dari sejumlah senyawa protein dan dapat terdegradasi pada suhu panas, sehingga menyebabkan obat menjadi rusak.

Sementara itu, vaksin umumnya disimpan pada suhu dingin (Produk Rantai Dingin / Cold Chain Product). Namun beberapa jenis vaksin bisa bertahan pada suhu sejuk atau suhu ruang hanya selama beberapa jam.

Namun tentunya penggunaan sediaan injeksi dan vaksin ini seharusnya tidak sampai ke rumah tangga karena dalam penggunaannya harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan.

Nah sekarang coba lihat di kotak obat teman-teman sekalian dan amati pada setiap kemasan obat bagaimana instruksi penyimpanannya? Apakah ada obat yang penyimpanannya tidak sesuai?

Jika belum mengerti, jangan ragu untuk bertanya kepada farmasis di apotek bagaimana cara menyimpan obat yang baik dan benar.

Tanya obat, tanya apoteker!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun