Tentu pembaca sekalian di rumah tidak perlu terlalu memusingkan angka-angka suhu penyimpanan ini. Umumnya produk obat jadi sudah stabil jika disimpan dalam suhu ruang. Hanya beberapa jenis sediaan obat yang perlu disimpan dalam lemari pendingin (kulkas).
Meski demikian, sebetulnya kulkas konvensional kurang cocok untuk menyimpan obat, apalagi jika tidak ada indikator suhunya. Namun tentu pasien tidak perlu sampai harus membeli chiller khusus untuk menyimpan obat.
Pastikan saja untuk tidak meletakkan obat di bagian/dekat pintu, untuk menghindari kenaikan suhu saat pintu kulkas sering dibuka-tutup. Jika hendak bepergian, obat dapat disimpan dalam cooler box yang diberi ice pack untuk menjaga suhunya tetap dingin.
Berikut beberapa contoh bentuk sediaan obat yang cukup sering ditemui dan digunakan pasien di rumah, namun harus disimpan dalam lemari pendingin (bukan freezer) :
1. Suppositoria dan Ovula
Cara pemakaian Suppositoria adalah dimasukkan kedalam anus, sedangkan Ovula dimasukkan ke vagina. Kedua bentuk sediaan obat ini berbahan dasar lemak cokelat dan dapat meleleh pada suhu tubuh (37-40℃).
2. Antibiotik Rekonstitusi (Dry Syrup)
Bentuk awal sediaan ini berupa serbuk dan harus dicampur air sebelum dikonsumsi. Setelah dicairkan obat harus digunakan dalam maksimal 14 hari dan disimpan dalam lemari pendingin untuk mencegah perubahan struktur kimia obat.
3. Tablet/Kapsul ARV & Kemoterapi
Beberapa obat Anti-Retroviral (ARV) untuk pasien HIV dengan bentuk sediaan tertentu ada yang dapat meleleh jika disimpan dalam suhu ruang. Jangan lupa baca dengan seksama instruksi penyimpan pada kemasan.
4. Obat yang mengandung probiotik