Apa kabar teman-teman Kompasianer semua? Semoga selalu sehat dan nggak ada yang stres gara-gara nggak menang war tiket Coldplay kemarin ya!
Tak terasa, ternyata sudah hampir dua bulan saya tidak menulis di Kompasiana. Meski demikian, saya tetap berusaha menyempatkan diri membaca dan menyapa teman-teman Kompasianer loh. Ya walaupun tidak semua sih karena keterbatasan waktu. Maaf loh genks, bukan bermaksud sombong. Tentu saya tidak berniat menghilang begitu saja kok dari Kompasiana.Â
Sebagai kuli corporate, kadang membagi waktu antara bekerja, menulis, istirahat, me time, dan quality time dengan keluarga/sahabat rasanya susah-susah gampang. Bekerja dari Senin-Jumat, pergi gelap pulang gelap, berjibaku dalam perjalanan bolak-balik Jakarta -- Bogor, sudah pasti membuat saya luar biasa lelah.Â
Boro-boro menulis, begitu sampai di rumah rasanya ingin langsung rebahan di kasur saja. Waktu yang bisa saya andalkan untuk menulis hanya dua hari di saat akhir minggu. Itu pun harus bersaing dengan kegiatan lainnya seperti bersih-bersih rumah, meet up dengan teman-teman, quality time dengan keluarga atau menghadiri acara keluarga, dan pastinya me time.
Itu baru soal membagi waktu. Meskipun ide tulisan bisa muncul kapan saja, tapi sejujurnya saya bukan tipe orang yang bisa dengan mudah menulis dimana saja. Loh, kan ada ada ponsel?
Ya, ponsel memang bisa menjadi alat yang sangat membantu untuk menulis dimana saja. Tapi bagi saya, menggunakan ponsel untuk menulis tidak senyaman bila menggunakan komputer atau laptop. Ponsel hanya membantu saya menuangkan ide kasar atau outline. Namun untuk mengeksekusi ide hingga menjadi sebuah tulisan yang matang dan komprehensif, saya membutuhkan tempat, suasana, dan perangkat yang nyaman. Itulah mengapa kadang saya suka iri setengah mati dengan teman-teman Kompasianer yang bisa menulis apa saja, dimana saja, dan kapan saja.
Jadi apa yang terjadi belakangan ini? Saya mengalami gejala Writer's Block! Gemas rasanya saat saya tidak bisa menghasilkan tulisan apapun. Seperti ada yang kurang dan merasa tidak produktif. Meskipun ide sudah ada, tapi tidak bisa dieksekusi. Geregetan oh aku geregetan, apa yang harus kulakukan? (Bacanya nggak usah sambil nyanyi ya!)
Well, saya sudah pernah cerita bahwa saya suka menulis karena kegiatan ini memberikan kepuasan tersendiri bagi saya. Saya merasa senang ketika bisa menyelesaikan sebuah tulisan. Dan lebih senang lagi ketika tulisan tersebut bisa bermanfaat atau memberikan inspirasi bagi orang lain yang membacanya. Tapi yang namanya Writer's Block ini nyatanya bisa membuat saya tak berdaya. Cieileh!
Pengalaman Pribadi Mengalami Writer's Block
Jadi berdasarkan pengalaman pribadi, kira-kira apa saja sih yang menyebabkan seorang penulis mengalami Writer's Block?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!