Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

[Resensi] Kisah Istri Impor dalam "Pengantin Pesanan"

24 Agustus 2022   08:00 Diperbarui: 24 Agustus 2022   08:03 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejalan dengan alasan pertama tadi, menikah dengan orang asing dan menetap di luar negeri dianggap menjadi kebanggaan tersendiri bagi para wanita yang bersedia menjadi pengantin pesanan, karena dianggap dapat meningkatkan status sosial mereka. Dan herannya, tidak sedikit orangtua yang mendukung cara ini.

5. Cerita-Cerita dari Mereka yang Berhasil

Para wanita ini tentunya diiming-imingi dengan kisah-kisah sukses dari para pendahulunya yang telah menikahi warga asing sejak lama dan berhasil mengumpulkan harta kekayaan serta mengirimkan sejumlah uang kepada sanak sudara setiap bulan.

Moral Cerita

Dari kisah Sinta pada novel di atas dan beberapa ulasan dari beberapa sumber yang saya baca, setidaknya ada beberapa pesan moral yang bisa saya petik:

1. Pentingnya pendidikan

Siapa bilang wanita tidak perlu pendidikan tinggi bila ujung-ujungnya menjadi ibu rumah tangga? Seperti yang sudah diuraikan di atas, betapa pentingnya pendidikan supaya kita tidak mudah dibodohi oleh orang lain. Pendidikan memang terbilang mahal, namun ilmu yang kita peroleh dapat mengubah cara pandang kita dalam menjalani hidup dan setidaknya dapat menjadi bekal bagi kita untuk bertahan di masa depan.

2. Wanita harus bisa tegas, mandiri, dan realistis

Karakter Sinta dalam novel menampilkan sosok wanita yang mandiri dan realistis, meski dalam beberapa hal ia tidak bisa tegas sehingga kerap diam kala tertindas. Lagi-lagi hal itu sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahaman patriarki yang diperolehnya sejak kecil.

Selain pendidikan, di era modern sekarang ini sudah selayaknya wanita harus bisa mandiri dan tidak terlalu bergantung pada pasangannya. Dalam berumah tangga, ketegasan, kemandirian, dan pandangan realistis sangat perlu dimiliki seorang wanita supaya ia bisa ikut mendukung suaminya dan mempertahankan rumah tangganya dengan baik. Pun bila terjadi sesuatu pada pasangannya, seorang wanita tetap bisa bertahan.

3. Seorang suami sebagai kepala keluarga sudah seharusnya mengutamakan istri dan anaknya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun