Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Memandang Melukat dari Dua Sisi di Pura Tirta Empul

27 Agustus 2022   07:00 Diperbarui: 27 Agustus 2022   14:30 2565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area Ritual Melukat di Pura Tirta Empul (Dokumentasi pribadi)

Bali memang seakan tiada habisnya untuk di-explore. Tempat wisatanya, kulinernya, dan tentu juga budayanya. Tak heran, banyak wisatawan lokal maupun asing yang tidak bosan berkunjung ke Bali. Ya termasuk saya!

Kali ini saya berkesempatan untuk mengunjungi Pura Tirta Empul di daerah Tampak Siring, Kabupaten Gianyar. 

Berlokasi di dekat Istana Tampak Siring yang merupakan tempat peristirahatan presiden Soekarno saat berkunjung ke Bali, Pura Tirta Empul dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1.5 jam dari daerah Kuta.

Berhubung lokasi ini berada di daerah ketinggian, Pura Tirta Empul dikelilingi pepohonan rindang dan pastinya kita bisa merasakan udara yang sejuk. Apalagi selepas hujan. Brrr...

Sama seperti di pura lainnya yang masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu, pengunjung yang akan masuk ke pura ini harus mengenakan kamen (sarung adat Bali) sebagai bentuk kesopanan di tempat ibadah.

Kesan pertama pada kunjungan perdana kali ini adalah, suasananya yang terasa tenang meskipun saat itu lumayan banyak wisatawan yang datang. Wangi khas Bali dari dupa yang dibakar tercium di mana-mana.

Di dekat pintu masuk tampak satu pendopo berukuran besar di mana sejumlah besar umat Hindu yang baru saja selesai beribadah, duduk bersama. Sementara di sudut lain, beberapa turis asing nampak berdoa ditemani oleh pemandu sebelum memasuki pura.

Tak jauh dari situ, beberapa kelompok kecil turis lokal dan asing tampak sudah berganti kostum, bersiap mengikuti ritual Melukat di kolam air di balik tembok.

Sekilas tentang Ritual Melukat

Kata Melukat berasal dari kata Sulukat, di mana 'Su' berarti 'baik' dan 'Lukat' berarti 'Penyucian'. Ritual Melukat umumnya dilakukan oleh umat Hindu dengan menggunakan air suci. Air suci ini bisa dari mana saja, mulai dari mata air, sungai, laut, atau bahkan air yang disucikan oleh pendeta Hindu di rumah.

Jadi 'Melukat' kurang lebih berarti ritual pembersihan dan penyucian diri dari unsur-unsur negatif untuk memperoleh kebaikan.

Selain di Pura Tirta Empul, beberapa tempat lain yang sering digunakan sebagai tempat Melukat misalnya Pura Campuhan Windhu Segara, Pura Tirta Sudamala, Pura Tirta Pingit, dan lainnya.

Pura Tirta Empul memiliki beberapa kolam dengan sejumlah pancuran air. Di sinilah proses ritual Melukat berlangsung.

Beberapa turis berdoa sebelum mengikuti ritual Melukat (Dokumentasi pribadi)
Beberapa turis berdoa sebelum mengikuti ritual Melukat (Dokumentasi pribadi)

Sesuai ketentuan umat Hindu sebelum sembahyang, mereka yang akan mengikuti ritual melukat harus berdoa sebelum memasuki pura. Setelah itu mereka harus berganti pakaian dengan kamen. Tak lupa membawa canang sari untuk diletakkan di dekat pancuran.

Selanjutnya tinggal mengikuti arahan untuk menyiram diri dengan air dari pancuran, karena biasanya ada sedikit perbedaan urutan di masing-masing tempat.

Melihat Melukat dari Dua Sisi

Saya tidak tahu apakah semua turis yang saya lihat tadi pemeluk agama Hindu, karena yang saya tahu bahwa upacara Melukat umumnya dilaksanakan oleh umat Hindu.

Tapi ritual Melukat bisa dilihat dari dua sisi, yakni kegiatan religius bagi umat Hindu atau wisata spiritual bagi siapapun yang ingin melakukannya.

Bagi umat Hindu, ritual Melukat dilakukan untuk beberapa tujuan khusus. Misalnya untuk mengobati penyakit, membersihkan dan menjauhkan malapetaka seseorang, penebusan Oton atau hari kelahiran, berdoa untuk memperoleh kemakmuran, dan lainnya. Ritual Melukat ini biasanya dilaksanakan pada hari-hari baik agam Hindu seperti Purnama, Tilem, dan Kajeng Kliwon.

Sementara itu, ritual Melukat sebagai wisata spiritual belakangan ini memang mulai banyak dilirik oleh turis lokal maupun mancanegara. 

Ketika wisata pantai dan kemeriahan beach club di Bali sudah mulai terasa biasa-biasa saja, wisatawan ingin merasakan suatu pengalaman yang berbeda, lebih personal, dan pastinya otentik.

Pengunjung mengikuti ritual Melukat di Pura Tirta Empul (Dokumentasi pribadi)
Pengunjung mengikuti ritual Melukat di Pura Tirta Empul (Dokumentasi pribadi)
Ritual Melukat sebagai wisata spiritual menjadi salah satunya. Dengan mengikuti ritual ini, wisatawan bisa merasakan the real experience as Balinese people, sekaligus berharap dapat menjauhkan malapetaka serta hal-hal negatif dari hidupnya, untuk memperoleh ketenangan hati dan pikiran.

Turis yang berasal dari kota besar dengan ritme rutinitas yang luar biasa sibuk dan cepat, pastilah sesekali ingin merasakan sesuatu yang berbeda seperti ritual Melukat ini.

Saya pribadi melihat ritual Melukat ini sebagai wisata spiritual. Ritual Melukat tidak serta merta menjadikan orang yang mengikutinya menjadi beragama Hindu. Tapi tentu kembali lagi pada keyakinan masing-masing individu dalam menjalankan ajaran agamanya, karena pada dasarnya ajaran agama itu baik adanya.

Sayangnya saat saya berkunjung ke Pura Tirta Empul, waktu tidak memungkinkan bagi saya untuk mencoba ritual Melukat ini. Tapi yah, mungkin ada kesempatan di lain waktu. Who knows..

Things You Should Know Before Melukat

Jadi apa saja yang perlu diperhatikan kalau kita ingin mengikuti ritual Melukat?

Bagaimanapun ritual ini merupakan tradisi umat Hindu, sehingga pelaksanaannya pun umumnya di tempat ibadah. Jadi sebagai bentuk menghormati dan menghargai budaya lokal, ada baiknya peserta Melukat mengikuti tata cara yang sudah ditetapkan.

Sejumlah umat Hindu sembahyang di Pura Tirta Empul (Dokumentasi pribadi)
Sejumlah umat Hindu sembahyang di Pura Tirta Empul (Dokumentasi pribadi)

Beberapa hal di bawah ini bisa kita note lebih dulu ya:

  • Wanita yang sedang datang bulan tidak diperbolehkan masuk ke pura
  • Pengunjung wajib mengganti pakaian dengan kamen saat akan Melukat
  • Tidak boleh menggunakan sampo/sabun/pasta gigi saat melukat
  • Tidak boleh berbicara sembarangan, mengumpat, caci maki, dan lainnya.

Oleh sebab adanya hal-hal yang harus diperhatikan terkait tata cara, ada baiknya pengunjung yang ingin Melukat didampingi oleh orang lokal yang lebih paham adat dan kebiasaan di sana.

Jadi kalau kamu ke Bali, kira-kira bakal tertarik untuk ikut Melukat nggak? Cerita di kolom komentar yaa!

Referensi: Satu | Dua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun