Bali memang seakan tiada habisnya untuk di-explore. Tempat wisatanya, kulinernya, dan tentu juga budayanya. Tak heran, banyak wisatawan lokal maupun asing yang tidak bosan berkunjung ke Bali. Ya termasuk saya!
Kali ini saya berkesempatan untuk mengunjungi Pura Tirta Empul di daerah Tampak Siring, Kabupaten Gianyar.Â
Berlokasi di dekat Istana Tampak Siring yang merupakan tempat peristirahatan presiden Soekarno saat berkunjung ke Bali, Pura Tirta Empul dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1.5 jam dari daerah Kuta.
Berhubung lokasi ini berada di daerah ketinggian, Pura Tirta Empul dikelilingi pepohonan rindang dan pastinya kita bisa merasakan udara yang sejuk. Apalagi selepas hujan. Brrr...
Sama seperti di pura lainnya yang masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu, pengunjung yang akan masuk ke pura ini harus mengenakan kamen (sarung adat Bali) sebagai bentuk kesopanan di tempat ibadah.
Kesan pertama pada kunjungan perdana kali ini adalah, suasananya yang terasa tenang meskipun saat itu lumayan banyak wisatawan yang datang. Wangi khas Bali dari dupa yang dibakar tercium di mana-mana.
Di dekat pintu masuk tampak satu pendopo berukuran besar di mana sejumlah besar umat Hindu yang baru saja selesai beribadah, duduk bersama. Sementara di sudut lain, beberapa turis asing nampak berdoa ditemani oleh pemandu sebelum memasuki pura.
Tak jauh dari situ, beberapa kelompok kecil turis lokal dan asing tampak sudah berganti kostum, bersiap mengikuti ritual Melukat di kolam air di balik tembok.
Sekilas tentang Ritual Melukat
Kata Melukat berasal dari kata Sulukat, di mana 'Su' berarti 'baik' dan 'Lukat' berarti 'Penyucian'. Ritual Melukat umumnya dilakukan oleh umat Hindu dengan menggunakan air suci. Air suci ini bisa dari mana saja, mulai dari mata air, sungai, laut, atau bahkan air yang disucikan oleh pendeta Hindu di rumah.