Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kemanapun Kupergi, Onan Runggu Kan Kurindu

26 September 2021   07:00 Diperbarui: 26 September 2021   14:02 1426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan selepas Pelabuhan Ajibata (Dokumentasi pribadi)

Kapal motor yang sedang bersandar di Pelabuhan Onan Runggu, sebagai transportasi sehari-hari masyarakat di Danau Toba (Dokumentasi pribadi)
Kapal motor yang sedang bersandar di Pelabuhan Onan Runggu, sebagai transportasi sehari-hari masyarakat di Danau Toba (Dokumentasi pribadi)

Mungkin bisa dimulai dengan membangun desa wisata yang mengangkat budaya otentik setempat seperti halnya di Huta Siallagan atau Lumban Suhi-Suhi.

Lalu pengadaan akomodasi bagi turis-turis yang datang. Tidak perlu yang mewah, yang penting nyaman. Atau bisa juga berupa homestay yang menawarkan aktivitas dengan masyarakat lokal seperti bercocok tanam, menggembalakan ternak, memancing di danau, memasak hidangan khas suku Batak, belajar bahasa Batak atau tari tortor, berjualan di pekan (pasar), membuat kerajinan khas Batak, hingga ikut menghadiri acara adat tertentu yang diselenggarakan masyarakat setempat.

Cara ini tidak hanya bisa menaikkan pamor desa dan perkembangan ekonominya, tapi juga memperkenalkan budaya setempat kepada masyarakat luar daerah maupun luar negeri.

Tapi tentunya, masyarakat setempat harus lebih dulu dibekali dengan bagaimana cara memberikan pelayanan (hospitality) yang baik. Karena biarpun tempatnya bagus tapi tidak ada keramahan dari masyarakatnya, sama saja bohong kan?

Saya kira hospitality merupakan hal yang penting dalam industri pariwisata. Apalagi Danau Toba termasuk Destinasi Super Prioritas (DSP Toba). Jadi orang tidak akan ragu untuk MICE di Indonesia aja.

Yah, siapa tahu ide ini suatu saat nanti bisa terwujud. Siapa tahu, ada kaum muda atau mungkin para perantauan asal Onan Runggu di luar sana yang tergerak hatinya untuk mengembangkan Onan Runggu supaya bisa seperti desa-desa lainnya yang lebih dulu berkembang?

Berfoto di jalan menuju pelabuhan Onan Runggu sebelum kembali ke Jakarta (Dokumentasi pribadi)
Berfoto di jalan menuju pelabuhan Onan Runggu sebelum kembali ke Jakarta (Dokumentasi pribadi)

Jika suatu saat ada kesempatan, saya pun inginnya bisa berkontribusi di Onan Runggu dalam hal fasilitas pelayanan kesehatan, karena saya lihat akses masyarakat setempat untuk memperoleh obat-obatan masih lumayan terbatas. Ya itupun jika Tuhan berkenan dan semesta mendukung. Boleh dong berandai-andai? Hehe..

Well, sekian cerita saya tentang Onan Runggu. Siapa tahu pembaca sekalian ada kesempatan singgah atau lewat desa ini suatu saat. Jadi gak buta-buta amat soal tempat ini.

Dan suatu hari, mungkin tulisan ini pun bisa membangkitkan kenangan saya tentang desa di tepi Danau Toba ini. Karena kemanapun kupergi, Onan Runggu kan kurindu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun