Pembangunan Tugu (Tambak) dan proses pemasukkan holi-holi (tulang belulang) leluhur ke dalam Tugu biasanya diadakan oleh para keluarga keturunan disertai dengan prosesi adat.
Boleh dibilang Tugu dalam budaya suku Batak merupakan kearifan lokal yang perlu dipertahankan karena bisa mempersatukan seluruh keturunan marga tertentu meski mereka tersebar di berbagai kota, provinsi, pulau, bahkan mancanegara. Mengapa begitu? Silakan baca artikelnya di bawah.
Baca juga: Makna Mendalam Dibalik Tradisi Mangokkal Holi dan Tugu Marga
Onan Runggu yang Ditinggalkan oleh Para Generasi Mudanya
Setelah Ompung Doli meninggal awal 2020 lalu, saya sempat berpikir apakah saya masih akan kembali ke Onan Runggu? Kira-kira seperti apa Onan Runggu di masa depan?
Well, meski saya tidak besar di Onan Runggu, tapi berdasarkan frekuensi saya datang ke tempat ini, sebetulnya saya tidak melihat banyak kemajuan di desa ini.
Meski bukan tergolong desa yang tertinggal karena penduduk di sana sudah lumayan melek teknologi, tapi kalau boleh jujur, bisa dibilang Onan Runggu merupakan desa yang sudah ditinggalkan oleh generasi mudanya.
Dari hasil diskusi ringan dengan orangtua, kaum muda di Onan Runggu lebih banyak yang pergi merantau ke kota untuk kehidupan yang lebih baik. Oleh sebab itu, saya pun melihat perkembangan ekonomi dan bisnis di Onan Runggu tidak banyak berkembang.
Mata pencaharian penduduknya masih seputar bercocok tanam, berjualan hasil bumi saat pekan (pasar di hari-hari tertentu), dan membuka kedai atau warung. Fasilitas pelayanan kesehatan pun masih terbatas.
Bagaimana dengan wisata? Well, hingga saat ini saya melihat Onan Runggu masih belum ke arah sana. Meski demikian, saya merasa Onan Runggu cukup memiliki potensi untuk mengembangkan pariwisata. Apalagi dengan akses transportasi yang kian mudah, seperti yang sudah saya terangkan di atas.