Pada bagian sebelah kiri atas, terdapat motif dedaunan yang melambangkan kemakmuran Pulau Jawa dan keindahan alamnya yang kaya dengan flora dan fauna yang beraneka ragam.Â
Kekayaan alam Indonesia terutama rempah-rempahnya diangkut menggunakan kereta api menuju kota-kota pelabuhan besar seperti Semarang dan Batavia.
Kemudian pada bagian kanan atas, terdapat motif yang menggambarkan keadaan kota Semarang dan Batavia pada saat itu. Pada masa penjajahan, Belanda menerapkan prinsip Gold (mencari kekayaan), Glory (mencari kejayaan), dan Gospel (menyebarkan agama).
Sementara itu pada bagian tengah atas, lukisan kaca patri menggambarkan kota Semarang dan Batavia sebagai kota pelabuhan besar yang merupakan pintu masuk utama untuk aktivitas maritim bagi kesejahteraan kota Amsterdam.
Sedangkan pada bagian tengah bawah, lukisan kaca patri menggambarkan dua orang wanita yang merupakan sosok Dewi Venus dan Dewi Fortuna.Â
Dewi Venus melambangkan wanita cantik yang penuh rasa cinta dan kasih sayang, sedangkan Dewi Fortuna melambangkan sosok yang memberikan keberuntungan. Kedua figur dewi tersebut dilambangkan memiliki ikatan kepada bumi pertiwi untuk memberikan kejayaan kereta api.
Jika diperhatikan, Lukisan Kaca Patri terletak pada sudut bagian dalam bangunan dan berada pada setengah lantai dari lobi penerimaan menuju lantai dua.Â
Sudut 45 derajat yang menghadap ke timur membuat kaca-kaca patri seakan menghasilkan warna-warni yang indah ketika tertimpa sinar matahari. Super cantik pokoknya!
Meski demikian, Lawang Sewu ini juga terkenal dengan reputasi mistisnya. Banyak yang sengaja datang ke tempat ini di malam hari untuk uji nyali. Tapi dengar-dengar kunjungan di malam hari sudah dibatasi izinnya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Terlepas dari kisah-kisah mistis yang menyertainya, kini Lawang Sewu sudah menjadi daya tarik bagi para wisatawan lokal dan mancanegara. Saat ini Lawang Sewu dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (KAI) dan dijadikan sebagai Museum Kereta Api.Â