Siapa yang tidak kenal dengan Lawang Sewu? Bangunan megah yang menjadi ikon kota Semarang ini selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka yang baru pertama kali mengunjungi kota Semarang. Pokoknya belum ke Semarang kalau belum menginjakkan kaki di Lawang Sewu!
Secara harfiah, Lawang Sewu berarti 'Seribu Pintu'. Hal ini karena bangunan yang dulunya merupakan kantor pusat kereta api swasta bernama Hoodfdkantoor van de Nerderlandisch-Indische Spoorweg Maatsschappij (NIS) pada zaman kolonial Belanda.
Ini memiliki banyak daun pintu dan jendela yang berukuran besar. Walaupun jumlahnya tidak benar-benar seribu. Yah males juga sih kalau ngitungin jumlahnya. Hihihi...
Dibangun oleh seorang arsitek Belanda bernama G.C Citroen pada tahun 1904, Lawang Sewu berdiri di Bundaran Tugu Muda (yang dulunya bernama Wilhelminaplein).Â
Sangat eye catching dengan pilar-pilarnya yang besar khas bangunan era kolonial dan dua buah menara dengan kubah berwarna kemerahan. Kekontrasannya dengan bagunan lain yang lebih modern di sekelilingnya justru membuat Lawang Sewu tampak cantik.
Makna Lukisan Kaca Patri di Lawang Sewu
Tak hanya keindahan dan kekokohan bangunannya, kalau kita menjelajahi bagian dalam Lawang Sewu, jangan lupa berhenti sejenak untuk mengagumi keindahan kaca patrinya yang tersohor itu.
Kaca Patri Lawang Sewu didesain dan dibuat oleh Johannes Lurens Schouten. Ia dan sang arsitek Lawang Sewu, Prof. Jacob F. Klinkhamer, memiliki relasi pertemanan dan sama-sama berasal dari Delft.
Jika diperhatikan, lukisan kaca patri ini terdiri dari 4 bagian yang saling terkait dan didominasi warna hijau, biru, dan kuning.