Ngomong-ngomong soal rangkap tugas, saya jadi teringat saat bekerja di perusahaan sebelumnya.Â
Posisi saya waktu itu adalah sebagai Regulatory Supervisor. Sesuai keinginan dan kesepakatan awal, saya bekerja back office di mana jobdesc saya adalah membuat dokumen, sehingga waktu sehari-hari saya dihabiskan duduk di hadapan komputer.Â
Bagi sebagian orang mungkin terkesan membosankan karena yang ditemui setiap hari hanya layar komputer, gunungan berkas, dan printer. Tapi entah kenapa, saya menyukainya. Bahkan sampai sekarang.
Singkat cerita, suatu hari departemen saya berpartisipasi sebagai peserta pameran berskala internasional yang berlangsung selama beberapa hari. Tentu tujuan dari pameran ini adalah untuk meningkatkan penjualan produk.
Karena personel di departemen kami terbatas sementara operasional di kantor harus tetap berjalan, akhirnya atasan menginstruksikan supaya personel yang menjaga pameran bertugas secara bergantian. Tidak hanya marketing/sales, tapi seluruh personel harus terlibat. Termasuk saya sendiri.
Jujur, saat itu sebenarnya saya merasa keberatan karena sebetulnya saya tidak pernah berminat menjadi seorang sales/marketing. Tapi karena alasan 'kurang personel' itu, mau tak mau saya harus memaklumi. Ya, hitung-hitung ganti suasana sejenak sekaligus belajar sesuatu yang baru.
Tak disangka, alasan 'kurang personel' ini makin terus berlanjut. Saya dan rekan saya yang lain yang jobdesc-nya sama dengan saya, jadi terus terlibat dalam kegiatan penjualan. Bahkan saya pun diberi target penjualan yang harus dicapai. Padahal pekerjaan saya yang sebenarnya juga masih terus berjalan dan harus selesai sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Awalnya saya berusaha untuk enjoy dan positive thinking. Tapi lama kelamaan, saya jadi menjalankannya dengan setengah hati.Â
Bagaimana tidak, di satu sisi beban kerja tim sales/marketing berkurang, tapi beban kerja tim back office bertambah.
Lalu apakah personel yang bekerja rangkap ini memperoleh kompensasi tertentu? Boro-boro, apresiasi kecil pun tak ada.