Kadang saya berpikir, harus sejauh inikah jurang perbedaan kesejahteraan masyarakat di Jakarta? Benarkah adanya bahwa kejamnya Jakarta ngalah-ngalahin kejamnya ibu tiri? Benarkah hanya mereka yang kuat yang bisa bertahan di hutan beton ini?
Suasana hidup nan gemerlap Jakarta memang selalu memikat siapapun yang melihatnya. Bagai kota yang tak pernah tidur, Jakarta juga tak pernah lelah untuk menebar pesona.Â
Mau siang ataupun malam. Maka kalau saya sedang short escape ke tempat-tempat yang sunyi, tetap saja tidak betah berlama-lama. Rasanya kepingin cepat-cepat kembali ke Jakarta.
Segala fasilitas dan infrastruktur di Jakarta juga tersedia dengan super lengkap dan aksesnya pun mudah. Tinggal dikondisikan saja. Tak heran banyak orang tergoda untuk datang ke Jakarta, mengadu nasib demi mengubah takdir kehidupan. Baik mereka yang sudah membekali diri sebelumnya, maupun mereka yang cuma modal nekat.
Selain itu, Jakarta juga memiliki banyak kawasan kuliner yang enak-enak. Kadang saya curiga, apakah masyarakat Jakarta sekarang ini pada malas memasak?Â
Buktinya jumlah pedagang makanan dan minuman banyaknya minta ampun! Mau beli on the spot atau online, semua ada. Harganya bervariasi pula. Mau dari yang harganya murah sampai yang bikin kartu kredit jebol juga ada. Tinggal kita pilih sesuai selera dan kemampuan.
Oh ya satu lagi, saya rasa Jakarta adalah satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki mal paling banyak. Bahkan ada kawasan yang mal-nya berseberangan. Kayak Indomaret dan Alfamart yang selalu bergandengan tangan itulah.Â
Pada masanya saya masih suka hang out, bisa hampir setiap minggu pergi ke mal. Meskipun cuma sekadar makan atau muter-muter dari satu toko ke toko lain sampai kaki mau patah.
Padahal kalau dipikir-pikir, isi dari setiap mal ya itu-itu saja toh? Tapi ya itulah, tempat hiburan masyarakat Jakarta dari segala usia yang paling mudah dijangkau.