Kebetulan Mamak adalah seorang mantan perawat di rumah sakit. Sedikit banyak ia paham mengenai obat-obatan dan menurutnya si pasien membutuhkan antibiotik. Berdasarkan informasi keluarga, ada sebuah toko obat di daerah Nainggolan yang berjarak sekitar 30 menit.Â
Akhirnya diutuslah salah satu orang untuk mencari antibiotik tersebut ke toko obat yang dimaksud. Dan ternyata antibiotik tersebut tersedia dan bisa dibeli tanpa harus disertai resep dokter.
Jujur saya tidak ingin membenarkan tindakan tersebut, karena yang saya tahu secara aturan tindakan tersebut salah. Pertama, tidak ada diagnosis dari dokter sebagai dasar untuk menentukan obat yang diperlukan (dalam hal ini penggunaan antibiotik).Â
Kedua, seharusnya antibiotik tidak boleh diberikan tanpa ada resep dari dokter. Ketiga, tidak menutup kemungkinan bahwa toko obat tersebut tidak menjual obat keras lainnya. Meskipun saya cukup yakin obat keras golongan Prekursor dan Psikotropika, apalagi Narkotika juga tidak dijual di sana.
Tentu pembaca sekalian bisa membayangkan seperti apa kesulitan yang harus dihadapi pasien di daerah 3T? Itu baru perkara antibiotik, bagaimana jika obat keras yang diperlukan sangat darurat sementara nyawa pasien terancam?Â
Tidak menutup kemungkinan hal-hal seperti ini malah akan membuat posisi Apoteker jadi sasaran empuk untuk dikenakan sanksi kode etik.
3. Swamedikasi dan Demand Konsumen
Sebelumnya saya sudah sering menulis mengenai swamedikasi (self medication). Tidak perlu mikir yang berat-berat seperti apa praktik swamedikasi itu. Ketika kita mengalami sakit batuk-flu kemudian membeli obat batuk dan flu di toko obat atau apotek, hal itu sudah dapat disebut dengan swamedikasi.
Munculnya tren swamedikasi di kalangan masyarakat sangat dipengaruhi 3 faktor yang saling berhubungan yaitu perkembangan teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat, dan meningkatnya akses terhadap obat.
Dulu sebelum semua serba online seperti saat ini, kita harus menempuh jarak tertentu untuk membeli obat di apotek atau toko obat. Sekarang kita bisa dengan mudah membuat janji via telepon atau chat dari mana saja dan kapan saja. Obat yang diperlukan akan disiapkan dan tinggal kita ambil atau bahkan bisa dikirim ke rumah.
Dengan adanya perkembangan teknologi tadi, masyarakat jadi lebih mudah memperoleh informasi mengenai gejala penyakit dan obat yang dibutuhkan. Di mana dan bagaimana cara memperolehnya, berapa harganya, dan lain sebagainya.