Sekarang ini di toko-toko buku offline maupun online, pasti sudah menyediakan area atau menu khusus yang memajang buku-buku populer dan best seller. Jadi kalau sedang tidak punya referensi judul buku tertentu, biasanya saya mulai mencari dari bagian ini.
Review atau Rating Tinggi
Meskipun saya termasuk orang yang suka membaca, sejujurnya saya tidak tergabung dalam komunitas tertentu. Jadi review mengenai suatu buku bisa saya dapatkan dari mana saja. Bisa dari website khusus yang membahas resensi atau blogger tertentu. Nah jika saya melihat review-nya cukup tinggi, barulah saya bisa yakin apakah itu memang buku yang saya inginkan.
Rekomendasi
Meski saya tidak mengikuti komunitas tertentu, saya memiliki beberapa teman (termasuk adik saya sendiri) yang sama-sama book geek seperti saya. Jadi kami saling merekomendasikan buku-buku yang pernah atau ingin kami baca. Seperti apa isinya, di mana membelinya, berapa harganya, dan informasi lainnya, termasuk sedang ada diskon atau tidak. Hihihih..
Cover Buku
Nah kalau saya tak kunjung memperoleh ide melalui kelima pertimbangan di atas, padahal saya sedang kepingin sekali membeli buku, biasanya saya gambling dengan memilih berdasarkan cover buku. Saya akui buku-buku zaman sekarang memiliki desain sampul yang menarik dan tidak norak. Terutama novel-novel roman atau teenlit. Biasanya otak kita akan berimajinasi tentang isi buku ketika melihat sinopsis atau blurb di sampul belakang buku dan menghubungkannya dengan ilustrasi di sampul depan. Jadi meskipun saya tidak mengenali penulisnya, tidak tahu review atau ratingnya, dan tidak termasuk kategori populer atau best seller, saya bisa saja membeli buku tersebut jika covernya menarik. Tapi pasti saya harus siap kecewa jika buku tersebut tidak sesuai ekspektasi. Yah, namanya juga coba-coba kan?
Lalu bagaimana nasib buku yang sudah terlanjur saya beli, namun ternyata tidak sesuai ekspektasi? Pastinya saya tidak akan membuang buku tersebut dan akan tetap menjadi koleksi saya di rak buku. Bagaimanapun buku itu telah berperan dalam menambahkan informasi ke otak saya saat membacanya. Uhuy! Paling-paling saya tidak membacanya berulang-ulang. Sesuai atau tidaknya ekspektasi kita terhadap isi buku yang kita beli, semua tergantung pada selera pembaca kan? Namun demikian, saya memahami dan tetap menghargai usaha keras si penulis dalam melahirkan karyanya. Betapa sedihnya perasaan si Penulis kalau tahu bukunya disia-siakan oleh pembacanya. Ya nggak?
Jadi penasaran, gimana sih cara kamu memilih buku yang akan dibeli? Cerita di kolom komentar ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H