Namanya juga sup ayam ginseng, pasti paling enak dimakan saat masih panas/hangat. Tapi kenapa Samgyetang justru jadi hidangan khas musim panas? Bukankah lebih cocok jadi hidangan musim dingin supaya bisa menghangatkan tubuh?
Jadi begini ceritanya, berdasarkan Kalender Lunar ada tiga hari istimewa selama musim panas di Korea, yakni Chobok (awal), Jungbok (tengah), dan Malbok (akhir). Tiga hari ini istimewa karena merupakan hari terpanas yang membuat semua orang selalu berkeringat.
Nah Samgyetang menjadi hidangan populer pada hari-hari terpanas ini karena dipercaya sebagai makanan bergizi yang mampu membuat orang tidak menjadi lemas karena cuaca panas. Kalau kata orang-orang Korea sana sih, makan sup saat musim panas berarti ‘melawan panas dengan panas’. Ada-ada saja yah!
Selain itu, karena banyak mengandung tanaman obat, Samgyetang juga dipercaya dapat menyembuhkan dan mencegah penyakit loh.
Saya pertama kali mencoba Samgyetang saat berkunjung ke Seoul dan kebetulan saat itu memang sedang musim panas.
Di sana ada beberapa restoran khusus yang hanya menyediakan Samgyetang dengan resep keluarga turun-temurun.Â
Dan benar saja, restoran Samgyetang saat itu luar biasa penuh meskipun tempatnya tidak terlalu besar. Untung saja di dalam ruangan dilengkapi AC sehingga pengunjung tidak merasa kepanasan. Jadi bagaimana rasanya?
Well, rasanya lumayan enak dan gurih. Tapi yang paling dominan adalah rasa rempah-rempahnya terutama ginseng. Daging ayamnya juga luar biasa empuk dan mudah dibelah.
Seperti hidangan Korea Selatan pada umumnya, Samgyetang juga disajikan bersama Kimchi. Boleh dibilang Kimchi ini selalu ada dalam setiap hidangan sebagai pencuci mulut.Â
Dan saya akui rasa Kimchi asli buatan Korea, kombinasi rasa pedas dan kecutnya pas sehingga terasa segar. Oh ya, Samgyetang juga disajikan dengan arak ginseng sebagai minuman.
Jadi gimana, tertarik mencoba Samgyetang? Cus langsung ke restoran Korea! Soalnya kita belum bisa ke Korea beneran gegara Corona.