Agak kaget juga waktu lihat postingan di medsos yang menyebutkan bahwa ada 3 sobat micin populer akan dihentikan produksinya per Agustus 2021. Mereka adalah Cheetos, Doritos, dan Lays. Hayo siapa yang gak kenal tiga snack yang rasanya bikin nagih ini?
Seingat saya yang menghabiskan masa kecil saya di tahun 90an, Cheetos lah yang lebih dulu populer dibandingkan Doritos dan Lays. Favorit saya tentunya rasa jagung bakar dong.Â
Bahkan hingga kini rasanya pun masih sama. Dan kalau informasi ini betul-betul terjadi, kita tidak akan lagi melihat tiga snack ini di dijual per Agustus nanti. Ouch!
Saya sampai nyengir-nyengir sendiri baca komentar netizen penggemar micin yang gak terima ketika berita ini ramai dibahas di medsos. Well, memang ketiga produk ini memiliki kenangan erat dengan masa kecil generasi milenial. Jadi wajar juga sih kalau ada yang merasa kehilangan. Duilehh!
Jadi kenapa produksi mereka dihentikan?
Menurut beberapa sumber yang saya baca, PT Indofood CBP Sukses Makmur tbk (ICBC) telah membeli seluruh saham PT Indofood Fritolay Makmur (IFL) yang dimiliki oleh Netherlands Holding B.V (Fritolay).Â
Fritolay berafiliasi dengan Pepsico yang memproduksi Cheetos, Doritos, dan Lays. Ketiga produk ini diproduksi di Indonesia oleh IFL di bawah lisensi dari Pepsico.
Pelepasan saham dari IFL ini otomatis mengakhiri perjanjian lisensi dengan Pepsico yang akan jatuh pada bulan Agustus mendatang. Dengan demikian, IFL akan menghentikan produksi, pengemasan, penjualan, pemasaran dan pendistribusian produk Pepsico di Indonesia. Pepsico juga tidak akan memproduksi, mengemas, menjual, pemasaran dan pendistribusian produk apapun yang bersaing dengan produk IFL di Indonesia dalam waktu 3 tahun ke depan.
Saya tidak tahu apakah setelah 3 tahun berakhirnya perjanjian lisensi ini, para penggemar micin akan bertemu dengan ketiga snack ini lagi atau tidak. Tapi yang pasti salah satu dari ketiga produk ini telah hadir menemani masa kecil saya, sehingga cita rasanya memiliki kenangan tersendiri di lidah saya. Ahay!
Well, selain Cheetos, Doritos dan Lays, saya juga punya jajanan-masa-kecil lain yang tak kalah favorit namun sayangnya saat ini mulai menghilang (atau bahkan sudah hilang betulan) dari peredaran.
Roti Gambang
Entah pembaca sekalian ada yang mengenal makanan ini atau tidak. Yang jelas dulu waktu kecil, saya sering makan roti ini untuk sarapan atau sekadar ngemil sambil nonton telenovela.
Yap, roti jadoel (alias jaman doeloe) yang terbuat dari gula merah dengan rasa kayu manis yang khas ini disebut juga Roti Gambang. Nama Roti Gambang terinspirasi dari budaya Betawi, yakni alat musik Gambang Kromong karena bentuk dan warnanya yang lumayan mirip dengan bilah-bilah alat musik tersebut.Â
Tapi yang lebih unik lagi, di Semarang roti ini justru punya nama Roti Ganjel Rel karena bentuknya yang seperti bantalan rel. Namun berhubung sejak kecil saya sudah tinggal di Jakarta, nama Roti Gambang lah yang saya kenal. Tak hanya berbentuk seperti bilah Gambang Kromong, roti ini juga ada yang berbentuk bulat.
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/27/20200517-161546-20210227103320208-6039be5a8ede48447c32cb52.jpg?t=o&v=770)
Oleh sebab itu, di Batavia roti ini juga dikenal sebagai rotinya orang-orang Eropa. Orang Belanda juga sering menyebutnya sebagai Roti Sarapan Pagi (Ontbijtkoek) karena memang disantap saat sarapan pagi.Â
Dan karena bahan-bahannya juga terdiri dari rempah-rempah seperti kapulaga, kayu manis dan lainnya, maka roti ini disebut juga dengan Roti Rempah Belanda.
Gulali
Gulali berbentuk seperti gulungan besar kapas berwarna pink mungkin masih sering kita jumpai di mall atau area kuliner di tempat wisata.
Tapi yang bentuknya kasar seperti rambut kusut berwarna jingga muda hingga sering disebut 'rambut nenek', atau kembang gula berbentuk seperti pasta yang bisa dibentuk dengan berbagai macam rupa, pasti sudah jarang kita temui.
Dulu gulali semacam ini dijual oleh pedagang kaki lima di luar gerbang sekolah. Para siswa-siswi SD sering mengerubungi si penjual usai pulang sekolah demi melihat kelihaian jemari si penjual yang membentuk gula panas berwarna-warni seperti pasta menjadi berbagai macam rupa.Â
Mulai dari bunga, burung, dot bayi, dan lain sebagainya. Pokoknya tinggal request kamu mau gulali bentuk apa.
Tapi sejujurnya setelah dewasa, saya justru meragukan higienitas gulali semacam ini dan herannya kok bisa-bisanya dulu saya tidak pernah sakit perut gara-gara makan ini ya?
![Photo by: Asahi Asry Larasati via www.genpi.co](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/27/ab64263ff6d1f3003aab01486cfad60c-6039bfced541df788855cc32.jpg?t=o&v=770)
Boleh dibilang bentuknya sangat sederhana. Biskuit bulat kecil dengan topping gula beku berwarna-warni yang bentuknya seperti emas di Monas ini, sering menjadi camilan saya sambil menonton televisi. Bahkan tidak jarang saya hanya memakan bagian gula nya saja. Tapi memang itu bagian yang paling enak untuk anak-anak sih!
Telur dadar & agar-agar kaki lima
Selain gulali, abang penjual telur dadar dan agar-agar kaki lima juga lumayan populer di masanya. Mereka biasanya mangkal di luar gerbang sekolah, menyasar siswa-siswi SD yang ingin menghabiskan uang jajannya.
Apa serunya? Pastinya karena anak-anak diperbolehkan menggoreng sendiri telur dadar di atas penggorengan dengan banyak ceruk bulat, sambal membolak-balikkan telur dengan menggunakan pancungan kecil. Kalau sudah matang, tinggal dilumuri saus cabai dan kecap deh..
Lain lagi dengan penjual agar-agar. Mereka biasanya menjual barangnya dengan permainan bergambar. Misalnya kita menetapkan satu gambar tertentu, lalu memilih satu dari beberapa kartu yang tertutup. Jika gambarnya sama, kita bisa memilih mainan tertentu. Tapi jika berbeda, kita hanya memperoleh agar-agar sebagai gantinya.
Snack Micin
Beberapa snack micin yang paling terkenal saat saya masih kecil misalnya Anak Mas & Mie Remes. Keduanya sama-sama berupa mie kering (seperti mie instan) yang langsung dimakan dengan bumbunya setelah dihancurkan.Â
Jadi tidak dimasak. Pokoknya rasanya nagih banget deh! Siapa pembaca sekalian yang pernah makan jajanan seperti ini?
Nah saya jadi penasaran, kalau jajanan masa kecilmu dulu apa? Share di kolom komentar ya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI