Entah pembaca sekalian ada yang mengenal makanan ini atau tidak. Yang jelas dulu waktu kecil, saya sering makan roti ini untuk sarapan atau sekadar ngemil sambil nonton telenovela.
Yap, roti jadoel (alias jaman doeloe) yang terbuat dari gula merah dengan rasa kayu manis yang khas ini disebut juga Roti Gambang. Nama Roti Gambang terinspirasi dari budaya Betawi, yakni alat musik Gambang Kromong karena bentuk dan warnanya yang lumayan mirip dengan bilah-bilah alat musik tersebut.Â
Tapi yang lebih unik lagi, di Semarang roti ini justru punya nama Roti Ganjel Rel karena bentuknya yang seperti bantalan rel. Namun berhubung sejak kecil saya sudah tinggal di Jakarta, nama Roti Gambang lah yang saya kenal. Tak hanya berbentuk seperti bilah Gambang Kromong, roti ini juga ada yang berbentuk bulat.
Oleh sebab itu, di Batavia roti ini juga dikenal sebagai rotinya orang-orang Eropa. Orang Belanda juga sering menyebutnya sebagai Roti Sarapan Pagi (Ontbijtkoek) karena memang disantap saat sarapan pagi.Â
Dan karena bahan-bahannya juga terdiri dari rempah-rempah seperti kapulaga, kayu manis dan lainnya, maka roti ini disebut juga dengan Roti Rempah Belanda.
Gulali
Gulali berbentuk seperti gulungan besar kapas berwarna pink mungkin masih sering kita jumpai di mall atau area kuliner di tempat wisata.
Tapi yang bentuknya kasar seperti rambut kusut berwarna jingga muda hingga sering disebut 'rambut nenek', atau kembang gula berbentuk seperti pasta yang bisa dibentuk dengan berbagai macam rupa, pasti sudah jarang kita temui.
Dulu gulali semacam ini dijual oleh pedagang kaki lima di luar gerbang sekolah. Para siswa-siswi SD sering mengerubungi si penjual usai pulang sekolah demi melihat kelihaian jemari si penjual yang membentuk gula panas berwarna-warni seperti pasta menjadi berbagai macam rupa.Â
Mulai dari bunga, burung, dot bayi, dan lain sebagainya. Pokoknya tinggal request kamu mau gulali bentuk apa.