Mau jujur dikira gak berempati, tapi kalau diam malah jadi kesal sendiri. Mau nagih dikira gak percaya, tapi kalau gak ditagih pas banget lagi perlu. Mau nolak dikira gak sopan, tapi kalau nerima malah menyusahkan diri sendiri. Mau bilang gak setuju dikira gak mendukung, tapi kalau setuju cuma bikin capek diri sendiri. Mau negur dikira kurang ajar, tapi kalau gak negur kebiasaan yang jelek makin menjadi.
Pernah mengalami dilema seperti di atas? Saya sering. Tapi itu dulu sih. Saat saya suka merasa nggak enakan ke orang lain. Intinya budaya khas orang Indonesia yang suka 'nggak enakan' ini lebih sering merugikan daripada menguntungkan diri sendiri.
Maksud hati mungkin ingin menyenangkan orang lain, tapi ternyata kenyamanan sendiri harus dikorbankan. Selain itu biasanya orang yang suka 'nggak enakan' ini terlalu sering khawatir terhadap kesan orang lain, padahal belum tentu kekhawatirannya benar. Khawatir dianggap tidak mau membantu, khawatir mengecewakan orang lain, khawatir memperoleh kesan buruk, dan lainnya. Tapi herannya, orang yang suka 'nggak enakan' ini, justru paling tega sama diri sendiri.Â
Ya gak salah sih ingin membuat orang lain senang. Istilah kerennya, 'People-Pleaser'. Tapi apa mungkin kita bisa membuat SEMUA orang senang? Kasarnya, kalau semua orang tidak bisa membuat kita sendiri senang, tentu kita juga tidak harus membuat semua orang senang bukan?
Perasaan suka 'nggak enakan' ini agaknya sudah membudaya di masyarakat kita. Demi memperoleh kesan baik dari orang lain, kita rela mengesampingkan keinginan pribadi kita, prinsip kita, kenyamanan dan kesenangan kita.
Kalau dipikir-pikir, bisa jadi ada beberapa faktor pendukung yang memunculkan perasaan 'nggak enakan', seperti di bawah ini.
Ada relasi tertentu
"Gue nggak enak nagihnya, soalnya dia kan teman gue dan lumayan dekat juga. Tapi kalo gak ditagih, kayak gak merasa punya utang. Padahal gue perlu dana tambahan buat bayar kost".
Seseorang bisa merasa 'nggak enakan' karena ia memiliki relasi tertentu pada orang lain. Misal keluarga, teman, rekan kerja, rekan komunitas, dan lain sebagainya. Yah, demi menjaga hubungan yang baik. Kira-kira begitu alasannya.
Ada utang budi