Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Resensi]

31 Januari 2021   07:00 Diperbarui: 22 April 2022   06:39 4803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

"Begitu banyak hal yang harus dia lepaskan jika menyerah dan menerima paksaan perkawinan ini. Pekerjaan, kemungkinan untuk bersekolah lagi, kesempatan mengembangkan sawah dan kebun ayahnya, kesempatan menikah dengan laki-laki yang dia cintai, dan yang paling membuat Magi sedih adalah kehilangan kemerdekaan dan harga diri. Mungkin untuk sebagian besar orang di Sumba menolak kawin tangkap sama dengan kehilangan harga diri, karena dianggap sudah ternoda. Namun, Magi berpikir berbeda. Menyerah pada paksaan sama dengan membiarkan kemerdekaan dirampas, membiarkan tubuh dimiliki orang lain dan diperkosa setiap hari" - Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam.

Blurb

Magi Diela, seorang gadis Sumba yang pernah menempuh pendidikan Sarjana Pertanian di Yogyakarta, kembali ke Kampung Karang - kampung halamannya - di Waikabubak. Ia memiliki mimpi untuk membangun desanya dengan berbekal ilmu yang didapatnya semasa kuliah. Sambil menunggu tes CPNS, Magi bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Pertanian Waikabubak untuk memberikan penyuluhan pertanian kepada kelompok tani di sana.

Tak disangka, hidup Magi berubah 180 derajat ketika disuatu hari yang sepi saat Wulla Podu, saat Magi mengendarai motornya untuk berangkat bekerja, sekelompok pria mencegat Magi dan langsung menaikkannya ke bak mobil.

Magi sudah lama tidak mendengar cerita tentang Yappa Mawine. Tapi saat dirinya diangkut secara paksa seperti layaknya hewan, Magi tahu bahwa Yappa Mawine terjadi pada dirinya. Ya, Magi Diela diculik untuk dikawini, tanpa persetujuan dirinya maupun keluarganya. Ia dibawa dengan paksa menemui si penculiknya, Leba Ali.

Kisah selanjutnya bercerita bagaimana perjuangan Magi Diela untuk melepaskan diri dari Leba Ali yang ingin menikahinya. Ia marah pada si penculik yang telah mengambil keperawanannya, juga marah kepada Ama (ayah) nya yang dianggap terlalu patuh terhadap adat tanpa mempedulikan keinginan anak perempuannya. Ayahnya bahkan menerima belis (mahar) yang diberikan oleh Leba Ali dan menolak mentah-mentah permintaan Magi untuk membatalkan pernikahan.

Dalam usahanya untuk melarikan diri, Magi Diela bahkan berani melakukan usaha bunuh diri dengan menggigit pergelangan tangannya supaya urat nadinya putus. Ia lebih memilih mati daripada menerima paksaan menikah dengan penculiknya yang jauh lebih tua darinya dan pastinya yang tidak dicintainya.

Dengan bantuan dari sahabat baiknya dan beberapa anggota LSM setempat, Magi akhirnya berhasil kabur dari kampungnya untuk menolak tradisi Kawin Tangkap. Ia terpaksa melakukannya karena Leba Ali merupakan orang yang memiliki kuasa dan pengaruh, sementara ayahnya juga tidak mendukung keinginannya. Magi sedih karena ternyata harga kemerdekaan dirinya sangat mahal. Ia harus meninggalkan orangtua dan keluarganya, meninggalkan sahabatnya, meninggalkan pekerjaannya, kampungnya, dan mungkin meninggalkan mimpi dan cita-citanya.

Semasa pelariannya, Magi merasa bersalah karena keegoisannya telah membuat adiknya tidak diperbolehkan bersekolah tinggi dan meraih cita-citanya untuk menjadi dokter, dan membuat kedua orangtuanya jatuh sakit. Tapi di satu sisi, jika Magi kembali ke kampungnya, ia takut pernikahan akan kembali dilanjutkan.

Akankah Magi Diela kembali ke kampungnya dan menyerah kepada ayahnya untuk menerima pernikahan? Atau apakah Magi berhasil menolak tradisi Kawin Tangkap dan membuktikan kepada ayahnya, bahwa ada kalanya adat dan tradisi tidak harus dilakukan jika hanya membuat orang yang menjalaninya menderita?

Sekilas Tentang Kawin Tangkap

Saya langsung tergoda membeli buku yang ditulis Dian Purnomo ini karena sebelumnya memang sudah pernah mendengar tradisi Kawin Tangkap atau dikenal dengan istilah Yappa Mawine (secara harafiah berarti 'culik perempuan') dalam masyarakat Sumba.

Menurut beberapa sumber yang saya baca, sebenarnya tradisi Kawin Tangkap tidaklah seburuk yang dikira. Kawin Tangkap tidak selalu berarti 'asal suka, bawa lari', melainkan ada ketentuan-ketentuan adat yang harus diperhatikan. Tapi biasanya Kawin Tangkap dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mempersingkat urusan adat agar tidak memakan biaya terlalu banyak.

Jadi Yappa Mawine ini umumnya dilakukan setelah ada pembicaraan atau perjanjian dari kedua belah pihak keluarga. Ada juga yang menjadikan cara ini sebagai solusi ketika pihak keluarga pria tidak mencapai kesepakatan dengan keluarga wanita. Maka ketika si wanita diculik, barulah keluarga wanita menyerah dan mencapai kesepakatan adat.

Seiring perkembangan zaman, praktik Kawin Tangkap ini menjadi kontroversi karena sering disalahartikan dalam pelaksanaannya, sehingga dianggap sebagai tindakan kejahatan dibalik kedok adat yang merugikan hak dan kebebasan wanita. Hal ini karena dalam tradisi Kawin Tangkap biasanya ada unsur pemaksaan, dimana pihak wanita yang ditangkap tidak bisa menolak karena akan dianggap melanggar adat.

Rumah Adat Sumba (Sumber: travelinkmagz.com)
Rumah Adat Sumba (Sumber: travelinkmagz.com)
Rekomendasi

Secara keseluruhan, buku ini sangat menarik untuk dinikmati karena meskipun termasuk dalam kategori novel, Dian Purnomo cukup banyak mengulas tentang adat-istiadat masyarakat Sumba. Contoh, Wulla Podu yakni sebuah perayaan tahunan yang merupakan rangkaian ritual adat Marapu dalam masyarakat Sumba, sebagai salah satu cara menjaga keharmonisan hidup manusia dengan leluhur dan alam, fase pembersihan diri dan memohon berkat. Wulla Podu sering diterjemahkan secara bebas sebagai Bulan Hitam atau Bulan Pahit karena pada pada masa ini masyarakat setempat menjalani sejumlah pantangan, tidak boleh mengadakan pesta perkawinan, kubur batu, membangun rumah.

Selain itu ada lagi istilah Buku Perut Ayam, yakni kepercayaan penganut Marapu untuk melihat apa yang akan terjadi kemudian atau pada seseorang, melalui usus ayam sebagai media.

Namun yang paling utama, penulis berhasil mengangkat tradisi Kawin Tangkap sebagai suatu isu sosial yang mungkin merupakan informasi yang baru bagi sebagian orang. Bagaimana pandangan masyarakat setempat dan masyarakat umum dalam melihat tradisi ini.

Oh ya, pada beberapa bagian ada detail deksripsi yang agak eksplisit dan mungkin lumayan mengganggu bagi yang mereka yang suka berimajinasi saat membaca. Ya iyalah, kalau gak pakai imajinasi saat membaca ya bakal susah menikmati kan. Tapi pokoknya begitulah. Jadi agak kurang cocok untuk pembaca di bawah umur. Misal saat Magi melakukan percobaan bunuh diri atau pada saat Magi mengalami pelecehan dari Leba Ali.

Tokoh Magi Diela menurut saya mampu menggambarkan kekuatan, keberanian, dan kegigihan seorang wanita dalam memperjuangkan kebebasannya. Memang sebagai rakyat Indonesia yang memiliki ragam suku dan budaya, kita wajib menjaga kelestarian tradisi masing-masing sebagai identitas diri dan untuk memelihara warisan leluhur. Namun demikian, adakalanya suatu tradisi tidak lagi sesuai atau kurang pas untuk dijalankan, sehingga mungkin perlu penyesuaian tanpa harus menghilangkan esensinya.

Pada catatan penulis, diinformasikan pula bahwa penulis memperoleh kesempatan mengikuti residensi penulis dari Komite Buku Nasional dan Kemendiknas untuk tinggal di Waikabubak selama enam minggu. Jadi tidak heran penulis berhasil menuangkan isu tentang tradisi Kawin Tangkap dengan narasi yang menarik dan mudah dipahami, lengkap dengan dialek setempat pada percakapan masing-masing tokohnya.

Tertarik baca?

Judul buku: Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam

Penulis: Dian Purnomo

Penerbit & tahun terbit: Gramedia Pustaka Utama, 2020

Jumlah Halaman: 320 Halaman

Rating: 5/5.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun