Tidak usah panjang-panjang apalagi menggunakan istilah teknis seperti jurnal ilmiah supaya dianggap keren dan pintar. Kalau pembacanya tidak mengerti ya sama saja gak keren kan, karena pesannya tidak sampai.Â
Jika target pembacanya adalah orang awam, ada baiknya ditulis dengan bahasa populer supaya lebih mudah dipahami. Namun jika target pembaca adalah rekan sejawat, barulah ditulis dengan bahasa teknis dan dibahas lebih dalam.
Menyebarkan tulisannya juga harus lihat-lihat orang. Kalau tulisan populer sih tidak masalah, tapi kalau tulisan ilmiah yang penuh istilah teknis disebarkan di grup keluarga misalnya, ya tidak nyambung karena belum tentu mereka semua memiliki background kesehatan.
Semua informasi usahakan memiliki dasar yang valid
Saat kuliah dulu, pastinya kita sudah dibiasakan untuk menuliskan sumber/referensi yang valid saat menyusun makalah. Dengan demikian, jika kita ingin menuliskan suatu artikel popular maupun ilmiah terkait obat dan kesehatan, pastikan kita sudah memperoleh dasar yang kuat melalui bacaan-bacaan yang kredibel. Istilah teknisnya, based evidence gitu lah kira-kira.Â
Jangan lupa lakukan penyuntingan sampai kita benar-benar yakin bahwa apa yang kita tulis dapat dipertanggungjawabkan. Gak lucu dong, kalau informasi hoax justru berasal dari farmasis?
Rajin mengkonfirmasi dan jangan segan memberikan klarifikasi
Ketika kita membaca berita atau pesan berantai, rajin-rajinlah mengkonfirmasi validitasnya. Tentunya kita paham dong bagaimana cara untuk memastikan kebenarannya?Â
Jika kita sudah yakin informasinya sudah valid dan memang perlu disebarluaskan, barulah kita bagikan kepada orang lain maupun grup-grup sebelah lainnya. Jadi kalau ada yang bertanya soal kebenarannya, kita bisa mengatakan dengan percaya diri bahwa kita sudah melakukan cek dan ricek.
Selain itu, kalau kita menerima pesan berantai yang sudah kita ketahui salah alias hoax, jangan malu apalagi ragu untuk memberikan klarifikasi. Selama pandemi ini, saya sering kedapatan pesan hoax terkait kesehatan di grup keluarga. Dan kalau tidak segera diklarifikasi, bisa gaswat kan.
Well, sebagai catatan, tulisan ini tidak saya tujukan hanya untuk apoteker saja loh ya, tapi juga tenaga teknis kefarmasian lainnya. Sarjana Farmasi, Analis Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Asisten Apoteker juga bisa berperan.Â