Tanggal 8 September lalu kita memperingati Hari Literasi Internasional (International Literacy Day). Saya ingat ada banyak Kompasianer yang menulis dengan topik literasi untuk meramaikan suasana. Keren-keren semua.Â
Disamping banyak tantangan yang sudah ada sebelumnya (seperti minat baca yang rendah, masih ada masyarakat yang buta aksara, level pendidikan yang tidak merata karena keterbatasan akses dan sarana-prasarana pada daerah dan kelompok masyarakat tertentu, dan sebagainya), tantangan dalam kemampuan berliterasi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini jadi semakin bertambah.
Fakta bahwa Indonesia berada di urutan nomor dua terbawah dari 61 negara dalam hal tingkat literasi seperti yang dirilis oleh Central Connecticut State University tahun 2016 lalu dalam studinya yang berjudul World's Most Literate Nations Ranked, cukup memprihatinkan.Â
Apalagi UNESCO juga merilis hasil penelitian tahun 2012 yang menunjukkan index minat baca orang Indonesia hanya sekitar 0.001% yang berarti hanya ada 1 dari 1000 orang yang mungkin gemar membaca. Kira-kira bagaimana dengan sekarang ya?
Membaca yang dimaksud di sini bukan sekadar membaca sebagai hiburan loh ya, tapi juga memilih sumber bacaan, menyaring, dan membandingkan dengan sumber bacaan lain, melakukan analisis, mengklarifikasi, hingga menarik kesimpulan. Loh, ribet amat rasanya.Â
Eits, jangan berkerut dulu keningnya. Hal-hal ini juga perlu kita lakukan dalam aktivitas sehari-hari loh. Misal, saat membaca berita di media online hingga pesan-pesan berantai yang dikirim via media sosial.
Di era digital seperti ini, justru semakin banyak informasi yang berseliweran dan diragukan kebenarannya. Jadi sudah sepatutnya kita harus membaca, memahami dan memastikan kebenarannya sebelum kita serap untuk diri kita sendiri maupun dibagikan kepada orang lain. Jangan sampai kita dicap sebagai penyebar hoax. Males banget kan?
Di bulan yang sama, tepatnya tanggal 25 September nanti, juga diperingati sebagai Hari Farmasis Sedunia (World Pharmacist Day). World Pharmacist Day ditetapkan pertama kali oleh The International Pharmaceutical Federation tahun 2009 di Istanbul, Turki. Dan tema tahun ini adalah "Transforming Global Health".Â
Disini, para farmasis diajak untuk melakukan gerakan perubahan dalam dunia kesehatan melalui berbagai macam pelayanan kesehatan dalam lingkaran keluarga, teman, komunitas dan masyarakat di sekitarnya.
Misalnya, memberikan arahan bagaimana menjalankan kebiasaan hidup sehat, memastikan bahwa pengobatan dilakukan dengan baik dan benar, melakukan vaksinasi untuk mencegah penyakit, sehingga dapat penyakit dapat tertangani dengan baik dan meningkatkan kualitas hidup.