Masumi menjelaskan dengan sabar sambil tetap mengipasi dirinya dengan kipas berwarna keemasan. "Geisha itu wanita penghibur di Jepang yang pandai berias, menari, melukis, bermain musik, membaca puisi dan melakukan upacara minum teh. Tapi jangan salah, Geisha atau Geiko bukan PSK alias Pekerja Seks Komersil loh ya. Sebelum menjadi Geisha, seorang wanita bahkan belajar macam-macam keterampilan seni cukup lama dan disebut sebagai Maiko. Jadi boleh dikatakan Geisha itu adalah seorang seniman wanita. Kalau kalian mau melihat Geisha masa kini, coba datang ke Gion. Siapa tahu kalian beruntung melihat Geisha yang lewat."
"Oh, seperti Gisaeng nampaknya. Kalau di Joseon, ada Gisaeng yang menghibur para Yangban (bangsawan). Kurang lebih mirip Geisha. Dulu saya punya teman, mantan seorang Gisaeng yang cukup terkenal. Dia juga mengenal salah satu Gisaeng paling legendaris, namanya Hwang Jini.Tapi sekarang kelihatannya sudah tidak ada lagi Gisaeng. Orang-orang lebih suka musik K-Pop dan Drama Korea yang isinya Oppa dan Ahjussi tampan," balas Myung Hee tidak mau kalah.
"Oh ya, kamu siapa? Kok diam saja dari tadi?" tanya wayang Sinta pada boneka wanita di belakangnya.
"Sawatdhee Khrap, nama saya Siriporn dan yang saya gendong ini anak saya. Saya orang Lahu atau dikenal juga sebagai Suku Bukit dari Chiang Mai," jawab boneka cantik berpakaian hitam dengan motif warna-warni.
"Chiang Mai itu di mana?" tanya Sukbataar.
"Chiang Mai itu daerah pegunungan di sebelah utara Thailand. Negara yang letaknya sebelahan dengan negara Mbak ini," jawab Siriporn sambil menunjuk boneka keramik yang mengenakan Ao Dai (pakaian nasional Viet nam untuk wanita) berwarna biru yang melambai-lambai.
"Itu kamu bawa-bawa topi terus kemana-mana?" tanya Sarangerel penasaran.
Linh Minh memutar-mutar topinya yang berbentuk kerucut. "Oh ya, soalnya aku penari Mua Non, jadi aku bawa topi ini terus supaya bisa sekalian latihan."
Para boneka dari berbagai macam negara itu pun terus mengobrol dan kadang tertawa-tawa hingga menjelang pagi.