Bagi sebagian orang, buku-buku seperti ini mungkin kurang diminati karena terkesan 'berat' dan membuat pembacanya berpikir keras. Oleh sebab itu ketika seseorang menyelesaikannya dan memahami isi bukunya, mereka merasa telah memperoleh pencapaian tertentu.
Saya percaya di atas langit masih ada langit. Jadi ketika kita berhasil menyelesaikan bacaan yang dianggap orang lain sulit dipahami, janganlah bersikap jemawa karena masih banyak bacaan di luar sana yang mungkin sulit kita pahami.
Ibarat Gelas yang Kosong dan Latihan Fisik
Membaca adalah suatu bentuk usaha untuk mengembangkan diri dan memperkaya ilmu. Saat membaca, usahakan kita seperti gelas yang kosong yang perlu diisi dengan saringan di atasnya. Bersikaplah terbuka terhadap setiap informasi yang akan kita dapat, namun jangan pula menelan mentah-mentah begitu saja apa yang kita baca.
Memiliki buku bacaan atau penulis favorit bukan hal yang dilarang, tapi akan lebih baik jika kita bersikap terbuka terhadap genre bacaan atau penulis lainnya, karena setiap buku pastilah memuat informasi yang berbeda.
Selain itu saya juga percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap informasi yang didapatkan dari buku bacaan. Dan untuk meningkatkannya, kita perlu latihan terus menerus.
Itulah mengapa mereka yang hobi membaca, seleranya bisa berubah seiring waktu dan semakin haus informasi. Maka dulu saya sempat heran ketika saya masih suka membaca buku R.L. Stine, bagaimana bisa anak-anak sanggup membaca buku karangan J.K. Rowling yang tebalnya ngalah-ngalahin kamus anatomi Dorland yang jadi kitabnya mahasiswa kedokteran itu?
Itulah mengapa dulu ada rasa bangga tersendiri dan mungkin berani menyombongkan diri ketika berhasil menyelesaikan bacaan yang tebal-tebal.
Ketika kosakata dan informasi seseorang semakin lama semakin bertambah karena terbiasa membaca buku, ia akan mulai mencari bacaan lain untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka. Oleh sebab itu selera bacaan bisa saja berubah.
Contoh, kalau dulu waktu saya masih remaja saya menyukai buku-buku bergenre petualangan yang tidak terlalu tebal. Lama kelamaan selera bacaan saya berubah ke genre misteri dan sejarah yang lebih tebal.
Jadi boleh dibilang, membaca itu ibarat latihan fisik. Kita perlu komitmen dan konsisten dalam melakukannya. Mulai dengan buku yang tipis, hingga sanggup membaca buku yang tebal. Mulai dari yang isinya ringan-ringan, hingga sanggup membaca buku yang isinya membuat kita memutar otak.
Well, kembali lagi ke Book Shaming tadi. Intinya genre apapun buku yang dibaca, siapapun penulisnya, setipis atau setebal apapun bukunya, semudah atau serumit apapun bahasa yang digunakan, seringan atau seberat apapun topiknya, kita tidak perlu malu dengan selera bacaan kita, selama kita berpikiran terbuka.