Dibandingkan dengan COVID-19 yang belum ada obat maupun vaksinnya, saat ini berbagai macam obat TBC sudah tersedia. Bahkan vaksinnya pun ada yakni vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang umumnya diberikan pada bayi.
Namun karena pemakaian obat yang lama dan berkelanjutan tanpa boleh terputus, pengobatan TBC sangat membutuhkan tingkat kepatuhan dan kedisiplinan tinggi jika ingin sembuh.
Sayangnya, banyak juga pasien yang pengobatannya gagal karena tidak disiplin. Selain itu karena mereka juga tidak ingin mengalami banyak efek samping untuk waktu yang lama.
Beberapa efek samping Anti-TB misalnya urin/keringat berwarna kemerahan, anoreksia, mual, sakit perut (Rifampisin); nyeri sendi (Pirazinamid); rasa panas di kaki (INH); ketulian, pusing, vertigo (Streptomisin); gangguan penglihatan (Etambutol); dan lainnya.
Pengobatan TBC umumnya terdiri dari kombinasi beberapa antibiotik (Anti-TB) yang harus diminum selama 2, 6 bahkan 8 bulan setiap hari tanpa boleh terputus. Jika sampai lupa minum satu hari pun, maka pengobatan harus diulang dari awal.
Anti-TB dibagi menjadi dua klasifikasi yakni Anti-TB Lini 1 (Rifampisin, Isoniazid (INH), Etambutol, Pirazinamid dan Streptomisin) dan Anti-TB Lini 2 (antibitik golongan Fluorokuinolon, Etionamid, Kapreomisin, Kanamisin, Sikloserin, Asam Paraaminosalisilat). Diantara kedua lini tersebut, Anti-TB Lini 1 adalah obat yang paling poten.
MDR-TB dan XDR-TB
Apa sih MDR-TB itu? Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) adalah Tuberculosis yang resisten terhadap minimum dua Anti-TB Lini 1 yaitu Rifampisin dan INH secara bersama-sama atau disertai resisten terhadap Anti-TB Lini 1 lainnya.
Sedangkan Extensively Drug Resitant Tuberculosis (XDR-TB) adalah MDR-TB yang disertai dengan resistensi terhadap Anti-TB Lini 2.
Konsepnya kurang lebih sama dengan resistensi antibiotik seperti yang sudah pernah saya tulis sebelumnya di sini. Bakteri TBC juga bisa resisten (kebal) terhadap Antibiotik Tuberculosis (Anti-TB) sehingga meningkatkan kegagalan pengobatan.
Penularan MDR-TB dan XDR-TB juga sama seperti penularan TBC pada umumnya yakni melalui udara.