Fungsi primer yang dicari dalam smartphone sekarang biasanya adalah internet, kamera, dan game. Dengan tiga hal ini, seseorang mungkin tidak masalah jika tidak bisa berinteraksi secara fisik sekalipun dengan orang lain.
No matter what happen, yang penting ada smartphone di tangan. Maka sering muncul kalimat, "Mending gue ketinggalan dompet deh daripada ketinggalan smartphone!"Â
Se-tergantung itu loh kita sekarang dengan smartphone.
Well, saya akui perubahan tren smartphone begitu cepat. Semakin lama semakin canggih. Tahun ini rilis spec 'A', tahun depan rilis spec 'A plus'. Tahun depannya rilis lagi 'A plus S'. Padahal beda spesifikasinya sih sedikit doang.Â
Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Mulai dari yang murah sampai yang paling mahal. Mau beli yang mana tinggal sesuaikan kantong atau gengsi.
Maka tak heran, untuk mengukur seberapa update seseorang, smartphone menjadi salah satu tolak ukurnya. "Pokoknya lo bakal kelihatan kece kalau punya smartphone versi terkini", begitu sih kata orang-orang.
Tapi nyatanya, meski katanya punya smartphone super kece nan canggih dengan spesifikasi maksimal, banyak juga loh yang tidak bisa memanfaatkan kecanggihan smartphone tersebut alias cuma gaya-gayaan saja.
Memang sih hak masing-masing orang mau membeli smartphone jenis apa dan harga berapa. Mau beli smartphone ala sultan yang berlapis emas itu juga tidak masalah asal kantongnya 'kuat'. Tapi jujur saya suka geregetan pada mereka yang hobi gonta-ganti smartphone canggih, tapi tidak benar-benar bisa menggunakannya.
Well, buat apa sih bolak-balik upgrade smartphone canggih kalau ujung-ujungnya:
1. Cuma dipakai untuk update status di media sosial.
Katanya suka menulis, tapi hasil tulisannya cuma curcol baper alias curhat colongan yang terbawa perasaan di media sosial, supaya ditanya "Kenapa sih?" oleh followers-nya. Giliran sudah ditanya, cuma jawab "Gpp kok. :)"