"Tak kenal maka tak sayang". Pepatah ini sering kali kita dengar untuk memotivasi kita mengenal sesuatu yang dianggap baru oleh kita. Bisa orang, tempat, budaya dan lainnya.Â
Jadi, karena kebetulan saya baru satu tahun yang lalu pindah domisili ke Bogor, saya pun ingin mengenal kota yang terkenal dengan Kebun Raya-nya ini.Â
Memang belum terlalu banyak tempat yang saya eksplorasi karena keterbatasan waktu, mengingat saya masih bekerja di Jakarta, kota kejam yang dicintai banyak orang.
Sebenarnya saya mengunjungi tempat ini berbulan-bulan yang lalu, tapi baru sekarang saya sempat menuliskannya. Apalagi kalau bukan Vihara Dhanagun di Jalan Suryakencana. Ada yang sudah pernah ke sana?
Sekilas tentang Jalan Suryakencana
Jalan Suryakencana ini sendiri merupakan kawasan Pecinan (Chinatown) terkenal di seantero Bogor, terutama wisata kulinernya yang legendaris. Sebut saja Laksa Bogor di Gang Aut, Lumpia Basah, Soto Kuning, Ngo Hiang dan lain sebagainya.Â
Gerbang merahnya yang dikenal sebagai Lawang Suryakencana juga sangat ikonik.Â
Bentuk gerbang khas etnis Tionghoa ini dilengkapi dengan ornamen seperti deretan lampion merah, dan kamu bisa lihat gerbang ini dari seberang pintu masuk Kebun Raya Bogor.
Menariknya, gerbang ini juga mengadopsi budaya sekitar (Sunda). Jadi, alih-alih patung singa yang biasa digunakan sebagai "penjaga" di gerbang-gerbang kawasan Pecinan pada umumnya, Lawang Suryakencana menggunakan patung Macan di kanan (hitam) dan kirinya (putih).
Rupanya, dulu Jalan Surken ini merupakan bagian kecil dari jalan yang membentang dari Anyer hingga Panarukan yang dibangun di masa pemerintahan kolonial Belanda.Â
Saat Bogor masih bernama Buitenzorg (Kota Tanpa Rasa Risau), jalan ini dikenal dengan nama Handelstraat (Jalan Perniagaan), yakni pusat perekonomian kota sekaligus daerah sentralisasi masyarakat etnis Tionghoa di Buitenzorg.