Oke, jadi ceritanya saya sudah kepingin mengunjungi tempat ini sejak beberapa bulan lalu. Tapi akhirnya baru Minggu kemarin keinginan saya tercapai setelah mencoba mencari-cari slot waktu luang (sok sibuk ya?).
Pertama kali tahu soal Situgunung Suspension Bridge ini memang ketika saya scrolling Instagram, dan rupanya letaknya di Sukabumi. Jadi saya pikir, karena lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah saya saat ini di Bogor, maka tempat ini kelihatannya oke untuk di-explore di akhir minggu. Tidak perlu cuti dan biayanya terjangkau pula. Dan ketika lihat fotonya Mbak Trinity (tahu gak dia siapa?) saat dia mengunjungi tempat ini libur lebaran lalu, saya makin penasaran dan kepingin lihat secara langsung.
Awalnya saya sudah menyusun itinerary sedemikian rupa. Berangkat dari Stasiun Bogor dengan kereta Pangrango paling pertama yakni pukul 7.56 dan tiba di Stasiun Cisaat (stasiun terdekat dengan lokasi Situgunung) dua jam kemudian.Â
Kemudian pulang dengan kereta terakhir sekitar pukul 4 sore. Namun karena satu dan lain hal, akhirnya saya, suami dan satu orang teman memutuskan untuk menggunakan mobil sebagai transportasi menuju ke lokasi.Â
Tak disangka, itinerary yang sudah saya susun pun meleset jauh karena macetnya luar biasa. Jadilah kami baru sampai di lokasi pukul 1 siang dan baru mulai explore pukul 2 siang. Telat luar biasa!
Situgunung Suspension Bridge
Lokasi Situgunung Suspension Bridge ini sebenarnya berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Untuk memasuki kawasan, pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar 18.500 rupiah per orang dan 10.000 rupiah untuk tiket masuk mobil. Namun harga ini belum termasuk mengunjungi Situgunung Suspension Bridge. Tiket senilai 18.500 rupiah tadi hanya berlaku untuk mengunjungi Danau Situgunung, Curug Sawer dan dua tempat lainnya yang saya lupa namanya.
Jadi karena kami sudah kesiangan, kami langsung menuju jembatan gantung yang tersohor itu. Alangkah kagetnya kami ketika melihat ramainya antrian pengunjung di depan loket. Apalagi saat itu kami berpapasan dengan rombongan turis dari China. Untungnya proses pembelian tiket tidak terlalu lama.
Ada beberapa kategori Harga Tiket Masuk (HTM) yang berlaku yakni 50.000 rupiah untuk dewasa, 25.000 rupiah untuk anak berusia 6-12 tahun dan lansia berusia 65-70 tahun, dan free HTM alias gretong untuk lansia berusia lebih dari 70 tahun dengan syarat menunjukkan KTP. Pengunjung akan diberikan gelang yang berisi barcode untuk di-scan di pintu-pintu masuk. Jadi gelang ini tidak boleh hilang ya.HTM ini rupanya sudah termasuk beberapa fasilitas antara lain welcome drink & snack, asuransi, atraksi temporer, guide dan fasilitas umum (toilet misalnya). Saat kami berkunjung kemarin, welcome drink yang disediakan berupa kopi dan teh manis panas, keripik singkong dan potongan pisang rebus. Lumayan untuk camilan.
Setelah tempat mengambil welcome drink ini, pengunjung langsung melewati area amphitheater tempat Atraksi Temporer tadi berlangsung. Saat itu kebetulan sedang ada penampilan permainan musik gamelan. Namun karena kami tidak ingin membuang waktu, setelah menghabiskan snack kami langsung menuju ke pintu masuk jembatan.
Ternyata lebih mengagetkan lagi, karena antrian yang mau melewati jembatan luar biasa panjang! Tidak heran, ini karena ada batas maksimal jumlah orang yang melintas di atas jembatan, yakni 90 orang. Mau tidak mau pengunjung harus bergantian.
Ada beberapa peraturan yang yang HARUS dipatuhi oleh pengunjung saat berada di atas jembatan yakni, wajib memakai peralatan keamanan, tidak berlarian dan melompat di atas jembatan, tidak menggoyang dan dan memanjat pagar jembatan, memberi dan/atau melempar makanan kepada hewan di sekitar jembatan, membuang benda apapun dari atas jembatan dan bersedia menerima panduan dari guide selama melintasi jembatan. So be a wise and smart tourist, serta menjadi contoh yang baik bagi turis asing ya!