Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tren Produk Kosmetik Berbahan Senyawa Ganja

3 Mei 2019   16:52 Diperbarui: 3 Mei 2019   18:47 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: greendorphin.com

 Belakangan ini kelihatannya tanaman ganja sedang naik popularitasnya. Tanaman yang masuk dalam kategori Narkotika Golongan I di Indonesia ini, rupanya telah dilegalkan di beberapa negara, baik itu untuk tujuan pengobatan (medis) maupun rekreasi.

Adapun narkotika golongan I ini berarti dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan dalam jumlah terbatas hanya boleh digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Termasuk tanaman Papaver somniferum, Opium Mentah dan Opium Masak, daun Koka dan Kokain Mentah, Heroin dan sebagainya. 

Menjelang akhir 2018, penggunaan ganja medis telah dilegalkan di Inggris, kemudian diikuti oleh Kanada yang melegalkan penggunaan ganja secara penuh (medis dan rekreasi). 

Awal tahun 2019, giliran Thailand juga melegalkan penggunaan ganja medis. Dan sebelum negara-negara ini, beberapa negara di Eropa seperti Denmark, Italia dan Jerman juga telah melegalkan penggunaan ganja medis. Baca artikel saya sebelumnya disini.

CBD untuk Obat

Sebelum membahas penggunaan ganja dalam produk kosmetik, perlu diketahui bahwa ganja atau dikenal juga dengan Marijuana, merupakan tanaman berbunga herba dengan nama latin Cannabis sativa. Tanaman ini mengandung dua senyawa utama yakni Delta-9-Tetrahydrocannabinol (THC) dan Cannabidiol (CBD).

Meski berasal dari tanaman yang sama, kedua senyawa ini memiliki efek yang berlawanan. Jika THC akan memberikan efek high ke penggunanya, tidak demikian halnya dengan CBD. Oleh sebab itu, penelitian terhadap fungsi CBD sudah mulai banyak dikembangkan.

Hingga tulisan ini dipublikasikan, beberapa obat yang mengandung senyawa ganja yang telah disetujui US FDA adalah Epidiolex (mengandung CBD) untuk kasus epilepsi berat, serta Marinol dan Syndros yang mengandung Dronabinol (senyawa sintetik THC) dan Cesamet yang mengandung Nabilone (senyawa sintetik CBD). Dronabinol dan Nabilone ini digunakan sebagai treatment untuk memperbaiki nafsu makan pada gejala anoreksia(appetite stimulant) pada pasien HIV/AIDS dan mengatasi mual pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.

Selain sebagai antiepilepsi, hasil penelitian juga menyebutkan bahwa CBD memiliki fungsi lain yakni sebagai anti-inflamasi (radang), analgesik (penghilang rasa sakit), antipsikotik, asma dan sebagainya. Meski begitu, hasil penelitian untuk manfaat-manfaat ini belum cukup memadai sebagaimana penelitian sebagai anti-epilepsi.

CBD untuk Kosmetik

Nah baru-baru ini, saya kembali membaca berita bahwa ganja mulai ramai digunakan sebagai komposisi pada produk kosmetik, meski sebenarnya tren ini sudah mulai terdengar sejak tahun 2018 lalu. Namun bahan yang digunakan bukan ekstrak kasar (crude extract), melainkan salah satu senyawa utama ganja, yakni CBD.

Sumber: greendorphin.com
Sumber: greendorphin.com
Mengingat image ganja yang negatif di beberapa negara, tren produk kosmetik berbahan senyawa aktif ganja ini menjadi kontroversial. Ada yang mengambil sikap terbuka dengan tren produk tersebut, ada juga yang melarang. Bahkan beberapa brand terkenal dunia telah terang-terangan meluncurkan produk kosmetik skincare (perawatan kulit) yang mengandung senyawa dari ganja.

Beberapa produk kosmetik yang telah dikembangkan dengan CBD sebagai komposisinya antara lain berbentuk lotion, sampo, krim dan facial oil. Misalnya High Five dari brand Sephora, Cannabis Sativa Seed Oil dari Kiehl's, produk lipbalm dan lotion dari Vertly dan sebagainya.

Sumber: Kiehl's
Sumber: Kiehl's
Dalam database Cosmetic Ingredient (CosIng) European Commision, CBD masuk dalam list CosIng dengan 4 fungsi antara lain Antioksidan, Anti-ketombe (Antiseborrhoeic), hidrasi kulit (skin conditioning) dan perlindungan kulit (skin protector). Oleh sebab itu produk kosmetik yang mengandung senyawa CBD umumnya berfungsi sebagai Anti aging (memperlambat penuaan), mengatasi jerawat dan mata bengkak, serta sebagai moisturizer (pelembab atau hidrasi).

Produk mengandung CBD di Indonesia

Hingga tulisan ini dipublikasikan dan sejauh yang saya tahu (mohon koreksinya jika saya keliru), belum ada produk obat maupun kosmetik yang mengandung CBD dan senyawa ganja lainnya di Indonesia yang sudah memperoleh izin edar dari BPOM, karena memang masih mengundang kontroversi terutama dalam hal regulasi.

Apalagi Indonesia termasuk negara yang sangat kuat dalam mengontrol narkotika. Tentunya pihak regulator mulai dari BPOM, Kementerian Kesehatan hingga BNN perlu melakukan kajian lebih lanjut mengenai perbandingan manfaat dan risiko produk yang mengandung CBD. Terutama dari sisi khasiat, keamanan, hingga potensi penyalahgunaannya.

So Ladies, apa kamu berminat mencoba kalau kosmetik berbahan CBD ini beredar di Indonesia?

Referensi:

US-FDA | WHO |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun