Ada 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut, di mana satu negara dapat masuk dalam salah satu kategori tersebut atau keduanya, atau bahkan ketiganya. Dan ternyata Indonesia masuk dalam kategori HBC untuk ketiga indikator tersebut bersama 13 negara lainnya. Itu artinya TBC masih menjadi permasalahan besar bagi Indonesia terkait penyakit infeksi.
TBC dan Gejala Umum
Tuberkulosis (TBC/TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Ada beberapa spesies Mycobacterium lainnya seperti, M. africanum, M. bovis, M. leprae dan lainnya.
Sebenarnya berdasarkan lokasi infeksinya, penyakit TB dibagi menjadi 2 yakni TB Paru (menginfeksi parenkim paru) dan TB Ekstra Paru (menginfeksi selain paru).
TB Ekstra Paru sendiri dibagi menjadi dua golongan berdasarkan tingkat keparahannya yakni TB Ekstra Paru Berat dan TB Ekstra Paru Ringan. TB Ekstra Paru Ringan meliputi kelenjar getah bening, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, kelenjar adrenal dan lainnya.
Sedangkan TB Ekstra Paru Berat meliputi infeksi meningitis, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih, TB alat kelamin dan lainnya. Namun pada tulisan saya kali ini, saya hanya akan fokus pada TB Paru.
Diagnosa TB Paru dapat ditegakkan dengan radiologi/rontgen paru dan identifikasi positif BTA (M. tuberculosis) pada sputum/dahak.
Pengobatan TBC
Sebelum memberikan/menerima pengobatan, baik tenaga kesehatan maupun pasien TB wajib memastikan riwayat pengobatan sebelumnya, supaya tenaga kesehatan dapat memberikan obat dengan regimen dosis yang tepat, mengingat Anti-TB adalah antibiotik yang dapat beresiko resistensi antibiotik jika pengobatannya tidak tepat.
Ada 4 kategori kasus dalam riwayat pengobatan TB, yakni:
1. Kasus Baru (pasien yang belum pernah mendapat Anti-TB atau mendapat Anti-TB selama kurang dari 4 minggu, atau pasien sudah dinyatakan sembuh setelah menyelesaikan regien pengobatan namun BTA/Bakteri Tahan Asam kembali positif).
2. Kasus Gagal (pasien yang tetap BTA positif atau menjadi positif lagi setelah pengobatan selama 5 bulan, termasuk pasien yang BTA negatif di awal pengobatan dan menjadi positif setelah 2 bulan pengobatan).