Singkat cerita, adalah salah seorang rekan sekantor saya dulu berkomentar begini saat melihat saya asyik berselancar di salah satu website online shop yang khusus menjual buku, "Ya ampun Ma, gue heran kok lo seneng banget ya beli buku. Lagi harbolnas gini, biasanya cewek-cewek pada beli kosmetik, baju. Eh situ doyan banget melototin buku. Kok bisa sih lo doyan baca buku? Gue udah nyoba berkali-kali tapi belum satu bab, gue langsung ngantuk!"
Merasa kepergok asyik ngumpulin belanjaan ke keranjang virtual di sela-sela jam kerja, saya cuma mesem-mesem saja. Ya mau bagaimana lagi? Saya yakin hanya para penikmat buku yang tahu persis bagaimana rasa euforia saat berburu buku, apalagi kalau ada diskon!
Buku adalah InvestasiUmumnya sesuatu yang dijadikan sebagai investasi adalah barang-barang yang bernilai seperti properti, emas, saham, valuta asing atau barang-barang branded yang limited edition macam tas wanita (kalau ini biasanya diminati oleh para wanita sosialita).
Saya setuju dengan konsep tersebut, tapi bagi saya pribadi, buku juga merupakan suatu investasi. Mengapa? Karena buku pasti selalu menyimpan berbagai macam informasi yang sifatnya tak lekang oleh waktu. Meskipun sekarang isi suatu buku nampak biasa-biasa saja, bisa jadi puluhan tahun kemudian isinya dapat dimanfaatkan sebagai referensi penting.
Selain itu, biasanya akan ada masanya suatu buku tidak lagi diproduksi atau dicetak sehingga dapat dikategorikan sebagai buku langka. Bisa karena pengarangnya sudah tiada, atau peminatnya sudah berkurang. Tapi saya yakin, akan ada saatnya buku langka tersebut akan dicari dan mungkin bernilai sangat tinggi dimata kolektor.Tidak hanya bernilai secara materil, buku juga bisa menjadi investasi untuk generasi di masa depan.
Saya membayangkan begini, ketika saya masih anak-anak dulu, ada begitu banyak buku anak yang bermutu. Sebut saja serial Lima Sekawan dan Malory Towers karangan Enid Blyton, serial Goosebumps dan Fear Street karangan R.L. Stine, Peter Rabbits karangan Beatrix Potter, serial Girls Talk karangan L.E. Blair, serial Little House karangan Laura Ingals Wilder hingga Kumpulan Cerpen Bobo dan serial Lupus karangan Hilman.
Alangkah baiknya jika nanti anak-cucu kita mencintai buku karena sudah diperkenalkan pada bacaan-bacaan berkualitas sejak kecil.
Tips untuk yang belum hobi membacaMemang yang namanya membaca itu susah-susah gampang karena tidak semua orang mampu bertahan saat membaca. Mengapa saya bilang begitu? Kalau hanya sekadar membaca artikel pendek mungkin semua orang juga mampu. Tapi lain halnya kalau bahan bacaannya tebal meskipun topiknya tidak terlalu berat.
Beberapa orang mungkin akan merasakan hal yang sama dengan teman saya tadi. Kepingin punya hobi membaca tapi saat dipraktikkan, belum sampai satu bab sudah mengantuk. Kalau setiap kali mulai membaca saja sudah mengantuk, bagaimana bisa bertahan dengan bacaan yang tebal plus topik yang berat? Jadi ini beberapa saran saya untuk para pemula yang belum hobi membaca tapi ingin memulainya:
Pilih buku yang tipisNamanya juga baru mulai, jangan langsung membaca buku yang tebal-tebal. Pilih saja dulu yang tipis seperti buku-buku anak. Supaya terlihat agak berbobot, coba mulai dengan membaca majalah Bobo (serius loh, Majalah Bobo itu berbobot karena banyak informasi-informasi yang ringan yang belum tentu kita tahu) atau seri ensiklopedi anak. Saat ini ada banyak jenis seri ensiklopedi yang tidak terlalu tebal namun menarik.
Mulai dengan buku berilustrasiPusing lihat tulisan banyak-banyak dan kecil-kecil? Coba mulai dengan membaca buku yang persentase ilustrasinya lebih besar dari tulisannya. Misalnya buku Peter Rabbit.
Pilih genre yang kamu sukaSebagai pemula, saya tidak menyarankan untuk terlalu memilih. Usahakan baca genre apa saja (kecuali kalau kamu masih anak-anak, tentunya genre bacaannya harus dibatasi).
Biasanya setelah kita membaca banyak genre buku, kita akan menjatuhkan pilihan/minat pada genre tertentu yang kita sukai. Misalnya novel fiksi, misteri/thriller, biografi atau kisah nyata, sejarah dan lainnya.
Jika kita sudah menyukai genre tertentu, otomatis kita akan bisa menikmati aktivitas membaca, seberapapun tebalnya buku itu.
Kenali kondisi nyaman kitaMenurut saya, kondisi nyaman setiap orang saat membaca buku berbeda-beda. Ada yang harus super tenang seperti di perpustakaan, ada yang sambil mendengarkan musik, ada yang sambil ngemil, hingga dengan PW (Posisi Wuenak) tertentu.
Bila perlu nonton dulu baru baca bukunyaBeberapa buku ada yang ceritanya diangkat ke layar lebar alias difilmkan dan biasanya dari buku-buku yang tebal. Dengan menonton film lebih dulu, kita bisa menilai apakah kira-kira kita akan penasaran dengan cerita versi lengkapnya sehingga mau tak mau harus membaca bukunya.
Mengapa saya katakan demikian? Karena film yang diangkat dari buku biasanya tidak selengkap dan tidak seratus persen sama dengan bukunya. Sebagai contoh seri Harry Potter karangan J.K. Rowling, yakni buku fiksi anak yang sudah diterjemahkan ke puluhan bahasa dan paling laris di zamannya. Ketujuh serinya bahkan diangkat ke layar lebar untuk memenuhi rasa penasaran akan visual imajinasi si pengarang dan para pembacanya.
Akhirnya banyak yang memilih menonton duluan. Tapi karena imajinasi setiap orang berbeda, maka berbeda pula reaksi penonton terutama mereka yang sudah membaca duluan. Jadi kalau dibalik dengan nonton dulu supaya menimbulkan minat baca, kenapa tidak?
Pilih buku-buku populer dan best sellerBagi pemula yang baru mau membeli buku untuk dibaca namun masih bingung mau beli yang mana, coba arahkan mata ke deretan atau rak buku best seller di toko buku. Biasanya setiap toko buku akan menyediakan area khusus tempat memajang buku-buku best seller alias paling laris terjual.
Saya sangat menyarankan untuk memilih langsung di toko buku karena biasanya disana ada sampel buku yang bisa dibaca sekilas sehingga kamu bisa memutuskan apakah buku tersebut menarik atau tidak.
Kecuali kamu sudah tahu mau beli buku apa, bolehlah membelinya lewat online. Belanja buku via online biasanya hanya perkara harga mana yang lebih murah. Tapi untuk menentukan buku tersebut menarik hati atau tidak, akan lebih oke jika melihat langsung di toko buku.
Baiklah kali ini saya tidak akan menulis panjang-panjang karena mungkin ada pembaca pemula di luar sana yang sedang baca tulisan saya dan pusing kalau lihat tulisan panjang-panjang tapi ingin tahu bagaimana tips-tips untuk memulai hobi membaca.
Happy reading!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H