Pada ekspedisi pertamanya Laksamana Cheng Ho sudah menugunjungi Sumatera, Jawa, Palembang dan beberapa negara sekitar.
Bahkan diyakini pula pada suatu ekspedisi, seorang juru mudi Cheng Ho menderita sakit saat berkunjung ke Jawa sehingga juru mudi tersebut akhirnya tinggal di Semarang dan menikah dengan wanita setempat.
Ada beberapa bangunan klenteng dalam kompleks Klenteng Sam Poo Kong yakni Klenteng Besar yang di belakangnya terdapat Gua Batu yang berfungsi sebagai tempat ibadah umat Buddha sehingga yang tidak bertujuan untunk sembahyang dilarang masuk.Â
Di depan Gua Batu ini terdapat relief yang menceritakan tentang kisah Laksamana Cheng Ho. Selain itu ada juga Klenteng Makam Juru Mudi dan Klenteng Dewa Bumi (Tho Tee Kong). Namun untuk masuk dan melihat ketiga klenteng ini, pengunjung dikenakan biaya di luar tarif masuk sebesar dua puluh ribu rupiah. Tapi yang paling penting, pengunjung tetap harus mematuhi tata tertib layaknya mengunjungi tempat ibadah ya.
Oh ya, untuk kamu-kamu yang kepingin all out saat berfoto, disini juga ada tempat penyewaan kostum tradisional Tiongkok dengan kisaran harga delapan puluh ribu hingga seratus dua puluh lima ribu per kostum-nya. Namun jangan lupa patuhi tata tertib peminjaman kostum ya!
Pagoda Avalokitesvara (Watu Gong)
Selain Klenteng Sam Poo Kong, ada satu lagi klenteng Buddha yang ternyata belum begitu banyak dikenal di kalangan wisatawan yaitu Pagoda Avalokitesvara, yang juga memiliki nama lain yakni Vihara Buddhagaya Watu Gong. Nama Watu Gong sendiri berasal dari batu mirip bel yang ditemukan di lokasi.
Di dalamnya terdapat sebuah patung Bodhisatva Avalokitesvara yang dikenal sebagai Dewi Kwan She Im Pho Sat yang digambarkan memiliki jiwa welas asih dan sayang kepada semua makhluk. Selain pagoda, ada juga patung Buddha yang ditempatkan di bawah pohon Bodhi yang dicangkok dari Pohon Bodhi yang sama dari Bodhagaya, India. Patung ini terletak sebelum pintu masuk pagoda.