Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Sleep Paralysis", Mitos dan Fakta

14 Agustus 2018   14:29 Diperbarui: 14 Agustus 2018   19:20 1900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa fase tidur yang dilalui oleh seseorang ketika tidur sebelum mencapai fase REM. Mulai dari Fase 1 (Tidur Paling Ringan), Fase 2 (Tidur Ringan/Light Sleep) dan Fase 3-4 (Tidur Dalam/Deep Sleep). Keempat fase ini dikelompokkan secara garis besar sebagai fase NREM (Non-Rapid Eye Movement).

Fase REM akan terjadi setelah melewati satu siklus pertama setelah Fase Tidur Dalam (kira-kira 90 menit) yang kemudian akan berulang kembali. Pada fase REM ini, orang biasanya akan bermimpi karena otak sangat aktif meski otot-otot tubuh sudah lumpuh.

Siklus Tidur (Sumber: catalystathletics.com)
Siklus Tidur (Sumber: catalystathletics.com)
Pada kasus Sleep Paralysis, gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur dengan semestinya seperti urutan di atas, melainkan dari keadaan sadar, lalu ke Fase 1, kemudian lompat ke Fase REM. Oleh sebab itu ketika seseorang tiba-tiba terbangun dari tahap REM tapi tubuh belum, saat itulah terjadilah kelumpuhan, dimana seseorang merasa sadar namun tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

Sleep Paralysis bisa terjadi selama beberapa detik hingga beberapa menit. Dan pada saat ini pula seseorang biasanya mengalami halusinasi hipnagogik (halusianasi yang muncul pada saat seseorang jatuh tertidur), dimana mereka merasa melihat hal-hal yang menyeramkan.

Sebenarnya tidak ada penjelasan pasti mengapa 'penglihatan' yang muncul selalu menyeramkan ketika Sleep Paralysis terjadi. Tapi hal ini dikaitkan dengan budaya orang itu sendiri. Jika mereka mempercayai hal-hal supranatural, maka peluang melihat hal-hal supranatural pun semakin besar. Namun jika orang tersebut memiliki pandangan yang sangat ilmiah, biasanya mereka hanya melihat bayangan orang atau orang yang mencurigakan.

Sleep Paralysis sebenarnya bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan sepanjang hanya terjadi sesekali, namun biasanya hal ini akan terasa mengganggu dan membuat kita merasa cemas untuk tidur kembali.

Penyebab dan Pencegahan Sleep Paralysis

Biasanya seseorang mengalami Sleep Paralysis  ketika mereka kurang tidur atau memiliki pola tidur yang tidak teratur, terlalu banyak pikiran sebelum tidur, atau jetlag. Menurut para ahli, bahkan ada korelasi antara posisi tidur yang telentang dengan Sleep Paralysis, seperti yang saya alami.

Namun tidak perlu khawatir, Sleep Paralysis dapat dikurangi dengan beberapa cara misalnya:

- Membuat pola tidur yang teratur dan cukup tidur.

- Menciptakan suasana yang nyaman untuk tidur (misalnya mengurangi cahaya ruangan, mendengarkan musik klasik/menciptakan suasana tenang, mengatur pendingin ruangan dengan suhu yang pas, dan sebagainya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun